JAKARTA - Tesla berencana mendirikan pabrik di Indonesia. Namun hingga kini, rencana tersebut keseriusan Tesla untuk bisa mendirikan pabrik di Indonesia belum terealisasikan.
Menanggapi hal tersebut, menurut Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, alasan mengapa Tesla Elon Musk tidak ingin membangun pabrik kendaraan listrik di Indonesia karena sektor hulu yang masih bergantung pada batu bara.
“Itulah mengapa Tesla malas bikin pabrik di Indonesia, karena dia bingung, kenapa dia harus mempertanggungjawabkan pembiayaan yang basisnya adalah standar ESG,” kata Bhima di Jakarta, Kamis (6/10/2022).
Baca Juga: Tesla Nikmati Nikel Indonesia dari China, Kok Bisa?
Dia menilai, Tesla akan sulit dalam mendapatkan pembiayaan untuk operasional jika supply chain masih bermasalah. Bhima menjelaskan, bauran data Kementeraian ESDM menyebut, sebelum pandemi hingga saat ini tidak ada perubahan yang signifikan.
Dia menjelaskan, 60,5% bauran energi primer pembangkit listrik masih berasal dari batu bara, dan 80% lebih masih dari fosil. Atau secara garis besar, bauran energi primer dari EBT masih 12,3%.
“Tesla akan sulit mendapatkan pembiayaan untuk operational ketika supply chain masih bermasalah, terutama soal lingkungan. Itu membuat banyak perusahaan di ekosistem mobil listrik dan baterai ragu berinvestasi di Indonesia,” lanjut dia.
Baca Juga: Elon Musk Segera Produksi Robot Humanoid Optimus, Ambil Alih Pekerjaan Manusia
Bhima menuturkan, bauran energi yang bergantung dari batu bara menyebabkan keuangan PLN sempat mengalami masalah. Hal ini karena PLN harus menanggung oversupply dari pembangkit listrik yang dominasinya adalah batu bara.
Ketika harga batu bara mengalami kenaikan, menyebabkan risiko terjadinya black out listrik, karena eksportir batu bara lebih memilih menjual batu bara ke pasar ekspor dibangingkan mensupply kepada PLN.
“Jadi, itu faktanya kita enggak bisa move on dari batu bara. Tidak ada strategi untuk menurunkan oversupply listrik. Disuruh belu mobil listrik, kompor listrik padahal di hulunya tidak ada perbaikan yang signifikan,” tutur dia.