Pihaknya mengaku, sudah mengalokasikan BLT dari anggaran Biaya Tak Terduga dan Dana Transfer Umum sebesar dua persen.
"BLT ini sesuai dengan kondisi saat ada pengumuman kondisi kedaruratan, anggarannya dari BTT (Biaya Tak Terduga) dan Dana Transfer Umum dua persen sudah dialokasikan," terangnya.
Diketahui, Indonesia diprediksi akan mengalami resesi ekonomi di tahun 2023, namun dampaknya tidak terlalu signifikan karena pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap terjaga.
Dia pun menambahkan kalau mayoritas ekonom dunia yang dimintai pendapat menyatakan, Indonesia tak akan mengalami resesi terlalu besar.
Negara-negara di zona Asia relatif lebih kecil terkena resesi dibandingkan dengan negara di luar zona Asia.
"Diprediksi tahun depan terjadi resesi, khsususnya negara di luar zona Asia. Zona Asia relatif tak akan terlalu terkena resesi. Dari 100 persen ekonom dunia yang dimintai pendapat pun, 90 persennya menyatakan Indonesia tak akan terdampak terlalu besar," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, selain pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih tumbuh positif, kesenjangan dengan angka inflasi pun tidak terlalu jauh. Artinya, kenaikan harga masih terkendali.
"Pertumbuhan ekonomi kita masih positif, gap dengan inflasi juga tidak terlalu jauh, artinya kenaikan harga masih terkendali," bebernya.
Begitu pula di Jabar, pertumbuhan ekonomi di kuartal III tahun ini hampir menyentuh 6%. Menurut dia, meningkatnya inflasi lebih karena dipengaruhi oleh harga bahan bakar minyak (BBM). Sedangkan harga sembako di pasar-pasar tradisional di Jabar masih terkendali.
"Jabar juga mewakili, kita tumbuh tertinggi di kuartal III hampir 6% pertumbuhan ekonominya. Inflasi tinggi lebih karena BBM, bukan sembako," tutupnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)