Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Realisasi PNBP Rp476,5 Triliun, Sudah Hampir Capai Target 2022

Michelle Natalia , Jurnalis-Kamis, 24 November 2022 |16:20 WIB
Realisasi PNBP Rp476,5 Triliun, Sudah Hampir Capai Target 2022
Ilustrasi uang. (Foto: Freepik)
A
A
A

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan bahwa realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sudah hampir mencapai target tahun 2022.

Pertumbuhan PNBP hingga Oktober 2022 sebesar 36,4% year-on-year(yoy), atau meningkat Rp127,2 triliun dari tahun sebelumnya.

"Penerimaan PNBP kita sudah mencapai Rp476,5 triliun, atau setara 98,9% dari APBN Perpres 98/2022," ujar Sri dalam konferensi pers APBN KITA edisi November 2022 di Jakarta, Kamis(24/11/2022).

Tercatat PNBP sumber daya alam (SDA) migas sebesar Rp117,2 triliun. Angka ini tumbuh 65,7% yoy dan telah mencapai 84,2% dari target APBN, utamanya disebabkan kenaikan Indonesia Crude Price (ICP).

 BACA JUGA:Sri Mulyani Sebut Pemulihan Ekonomi RI Terkuat Dibanding Negara Lain, Ini Buktinya

"Rata-rata ICP dalam sepuluh bulan terakhir, atau periode Januari-Oktober 2022 adalah USD100,09 per barel, meningkat 49,77%," ungkap Sri.

Sementara itu, PNBP SDA non migas mencapai Rp86,1 triliun, tumbuh 112,9% yoy dan telah mencapai 98,5% dari target APBN 2022, utamanya didorong kenaikan harga minerba.

PNBP SDA minerba mencapai Rp79,1 triliun, tumbuh 129,7%. "Harga batu bara periode Januari-Oktober 2022 sebesar USD272,9 per ton atau naik 152%. harga nikel pun di periode Januari-Oktober 2022 naik 45,3%, menjadi sebesar USD25.836 per ton," ucap Sri.

"PNBP SDA non minerba tumbuh 16,1% menjadi Rp7,0 triliun, terdiri dari kehutanan Rp4,4 triliun atau tumbuh 6,3%, perikanan Rp1 triliun atau tumbuh 111,7%, dan panas bumi Rp1,6 triliun atau tumbuh 14,7%," tambah Sri.

Sri juga mencatat pendapatan kekayaan negara dipisahkan (KND) tumbuh 35,3% atau 109,5% dari target APBN 2022. Pendapatan PNBP lainnya tumbuh 44,7% atau 143,9% dari target, ini terdiri dari penjualan hasil tambang (naik 160,3%), pendapatan DMO/minyak mentah (naik 539,8%), dan layanan pada Kementerian/Lembaga (K/L) yang tumbuh 4%.

"Pendapatan BLU terkontraksi 26,3% utamanya disebabkan dari berkurangnya pendapatan pengelolaan dana perkebunan kelapa sawit akibat pengenaan tarif USD0 dan dampak pelarangan ekspor CPO," pungkas Sri.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement