JAKARTA - Kondisi ekonomi Lebanon tidak karuan. Kini para deposan putus asa dan marah karena tidak bisa mengambil uanganya di bank setelah simpanan dibekukan.
Warga Lebanon marah menghadapi situasi keuangan yang memburuk dalam tiga tahun, tidak tahu kapan situasi akan membaik.
Hal ini membuat orang-orang di Lebanon mulai bertindak sendiri. Deposan mengambil uang simpanan, terkadang secara paksa. Rentetan pengambilan paksa bersenjata menyebabkan bank-bank tutup.
Bassam al-Sheikh Hussein adalah salah seorang deposan. Dirinya menyerbu Bank Federal Beirut pada 11 Agustus setelah didera keputusasaan untuk menarik uang simpanannya sendiri.
“Saya datang ke bank dengan membawa satu galon bensin dan senapan. Saya datangi manajer, saya banting pintu. Kemudian saya kurung staf di dalam ruangan. Manajer memberi saya USD35.000, tetapi jumlah seluruh deposit saya USD210.000. Saya menginginkan semua uang saya," katanya seperti dilansir VOA Indonesia, Jakarta, Kamis (1/12/2022).
BACA JUGA:Krisis Lebanon, Nasabah Bawa Pistol dan Granat Minta Bisa Tarik Uang di BankÂ
Jika mengacu kurs saat ini, deposit Bassam al-Sheikh Hussein sebesat USD210.000 itu setara Rp3,25 miliar (kurs Rp15.500 per USD).
Lebanon menderita krisis fiskal, moneter, keuangan, dan ekonomi yang semakin parah mulai 2019. Menurut kritikus, itu akibat ketidakbecusan pemerintah dalam mengelola anggaran selama puluhan tahun.
“Ketika gelembung itu pecah pada Oktober 2019, semua uang para deposan, sekitar USD150 miliar, dibekukan dalam sistem perbankan. Ini disebabkan oleh kendali modal yang tidak formal yang diterapkan secara paksa terhadap semua simpanan tanpa ada undang-undang yang jelas untuk mengaturnya dari Parlemen atau dari Negara Lebanon," ujar ekonom independen Nicolas Chikhani.
Asosiasi perbankan Lebanon mengatakan pemerintah seharusnya menerapkan kendali modal secara formal.
Seruan yang sama disampaikan Hassan Moughnieh, pendiri Asosiasi Deposan di Lebanon.
“Kami menuntut kendali modal berstandar internasional. Bukan kendali yang mereka lakukan saat ini yang hanya melindungi bank tetapi tidak melindungi deposan. Jadi, kami menuntut kendali modal dengan standar internasional," katanya.
Â
Baca Juga: BuddyKu Fest: Challenges in Journalist and Work Life Balance Workshop
Follow Berita Okezone di Google News