 
                Pada 1996, dia mengambil alih warteg milik temannya yang nyaris bangkrut. Setelah sempat mau digusur, warteg tersebut tetap bertahan selama 10 tahun berkat reformasi. Ketika itu, banyak warga DKI Jakarta yang makan sehari-hari di warteg.
Adapun, Warteg kedua diberi nama Warteg Akrobu yang artinya akrab berlokasi di Pasar Inpres Cipete Selatan dan warteg ketiga di lokasi warteg yang kongsian dengan temannya namun tutup. Di lokasi inilah, dia memberi nama wartegnya Kharisma Bahari.
Akhirnya, sebuah solusi pun muncul. Sayudi mengajak teman atau keluarga yang ingin mendirikan bisnis warteg namun tidak memiliki modal, dengan sistem bagi hasil 50:50.
Saat ini, dari total 800 lebih warteg Kharisma Bahari, Sayudi hanya memiliki 10 warung saja dan sisanya adalah sistem waralaba.
(Feby Novalius)