Sementara analis saham Reza Priyambada mengaku belum memiliki prediksi mengenai pergerakan IHSG di 2023. Berkaca pada kejadian di tahun lalu, menurutnya tidak ada yang bisa menakar akan terjadi kejadian apa pada tahun ini.
”Iya tahun depan kita lihat, karena sentimen yang ada itu juga belum bisa memberikan kepastian. Seperti tahun 2022, kan kita nggak ada yang tahu tiba-tiba Rusia melancarkan agresinya ke Ukraina, padahal di awal tahun banyak orang memperkirakan bahwa pandemi sudah mulai berakhir, maka kondisi makro ekonomi global akan mulai stabil, tapi ternyata ada kejadian gencatan politik yang mungkin belum diperkirakan sebelumnya,” ungkap Reza kepada tim Okezone, 28 Desember 2022.
Dengan begitu sektor yang menopang IHSG pun belum dapat diketahui pasti. Namun para pelaku pasar dapat mencermati sentimen apa yang akan terjadi pada 2023. Para investor dapat memanfaatkan momentum untuk dapat mencari peluang pada saham-saham tertentu.
Contohnya seperti pada 2019 dan 2020, banyak pelaku pasar yang mengatakan sektor yang berpeluang adalah sektor konstruksi, nyatanya sektor farmasi serta sektor teknologi dan telekomunikasi sangat mengalami peningkatan karena dunia sedang dilanda pandemi kala itu.
”Jadi apa yang diperkirakan banyak pelaku pasar pada saat itu di luar perkiraan semua. Tapi setelah pandemi selesai ya saham-saham tadi mulai ditinggalkan. Lalu datang sentimen perang Rusia-Ukraina yang memperlihatkan akan terjadi kelangkaan komoditas, mereka langsung menggali saham komoditas, seperti batubara, minyak, nikel, dan sebagainya,” kata Reza.
Penambahan jumlah investor juga sangat mungkin terjadi. Pasalnya mengingat tahun 2019 hingga 2021 lalu pertumbuhan indeks yang terus meningkat menimbulkan penambahan investor yang juga semakin banyak.
”Dalam kondisi pandemi itu kita melihat ada peningkatan, kalau tidak dalam kondisi pandemi ya seharusnya bisa jadi lebih tinggi lagi. Jadi potensi untuk peningkatan jumlah investor saya kira masih memungkinkan,” ucapnya.
Diketahui juga saham berbasis perbankan dinilai masih menarik di tahun 2023. Senior Partner PT Astha Advisory Indonesia Hans Kwee mengatakan, bank konvensional masih kuat menahan transisi kenaikan suku bunga dengan kinerja mereka, seperti saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).