Di mana saat ini diperkirakan berada pada tingkat pertumbuhan tahunan 3,5% untuk dua tahun ke depan, atau berarti kurang dari setengah laju dua dekade terakhir.
“Kelemahan dalam pertumbuhan dan investasi bisnis akan menyumbang pada kemunduran pendidikan, kesehatan, kemiskinan dan infrastruktur yang sudah parah, serta meningkatnya tuntutan perubahan iklim,” ujar Presiden Bank Dunia David Malpass dalam sebuah pernyataan.
Laporan Bank Dunia menyatakan pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2022 merosot menjadi 2,7% atau laju paling lambat kedua sejak pertengahan tahun 1970an setelah 2020, karena pembatasan ketat nol-Covid, gejolak pasar properti dan anjloknya tingkat konsumsi, produksi dan investasi.
Pertumbuhan ekonomi ini diperkirakan akan rebound atau membaik menjadi 4,3% pada tahun 2023, tetapi masih 0,9% di bawah perkiraan Juni lalu karena parahnya CCovid-19 dan melemahnya permintaan eksternal.
Bank Dunia juga mencatat sebagian tekanan mulai mereda menjelang akhir tahun 2022 seiring dengan turunnya harga energi dan komoditas, tetapi memperingatkan bahwa risiko gangguan pasokan baru masih tinggi, dan inflasi inti yang tinggi dapat tetap bertahan.
Hal ini dapat mendorong tanggapan bank sentral dengan menaikkan tingkat suku bunga lebih tinggi dibanding yang diperkirakan saat ini, dan memperburuk perlambatan ekonomi global.
Lebih lanjut, Bank Dunia menyerukan peningkatan dukungan komunitas internasional untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah menghadapi guncangan pangan dan energi, orang-orang yang terlantar akibat konflik dan meningkatnya risiko krisis utang.
Ditambahkan, saat ini diperlukan pembiayaan dan hibah konsesi baru, serta pemanfaatan modal swasta dan sumber daya domestik, untuk membantu meningkatkan investasi dalam adaptasi iklim, modal manusia dan kesehatan.
Sebagai informasi, laporan itu muncul saat Dewan Bank Dunia minggu ini diperkirakan akan mempertimbangkan peta jalan evolusi baru bagi lembaga tersebut, guna memperluas kapasitas pinjamannya dalam mengatasi perubahan iklim dan krisis global lainnya.
Rencana itu akan memandu perundingan dengan para pemegang saham – yang dipimpin oleh Amerika – untuk melakukan perubahan terbesar dalam model bisnis Bank Dunia sejak dibentuk pada akhir Perang Dunia Kedua.
(Zuhirna Wulan Dilla)