JAKARTA - Banyak negara yang mengalami stres utang hingga jadi pasien International Monetary Fund (IMF) dampak krisis global yang terjadi imbas Pandemi Covid-19.
Niatnya berbagai negara melakukan pemulihan ekonomi pasca Pandemi Covid-19, namun hal tersebut tidak berjalan secara linear. Ada negara yang ekonominya pulih tapi ada juga negara yang ekonominya makin ambruk.
Hal ini diperparah imbas perang Rusia-Ukraina yang terus berlangsung dan tidak dapat diprediksi kapan berakhir.
BACA JUGA:Warning IMF! Sepertiga Ekonomi Dunia Alami Resesi Tahun Ini
Perang Rusia-Ukraina mengakibatkan lonjakan harga komoditas hingga pangan. Di sisi lain, meningkatnya inflasi yang terjadi di berbagai negara membuat harga-harga mahal yang membuat masyarakat kesusahan.
Kondisi ekonomi global 2023 pun diprediksi akan mengalami resesi. Bahkan, IMF sudah memperingatkan bahwa sepertiga dunia akan mengalami resesi global pada tahun ini
2023 akan menjadi tahun lebih sulit dibanding sebelumnya karena perekonomian AS, Uni Eropa dan China melambat.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan perang di Ukraina, kenaikan harga-harga, suku bunga yang naik dan penyebaran Covid di China ikut menambah beban ekonomi global.
“Kami memperkirakan sepertiga perekonomian dunia akan mengalami resesi,” kata Georgieva,
IMF pun memangkas prospek pertumbuhan ekonomi global 2023 akibat perang di Ukraina dan naiknya suku bunga karena bank sentral di seluruh dunia berupaya mengendalikan kenaikan harga.
Follow Berita Okezone di Google News
Lalu, China yang membatalkan kebijakan nol Covid dan mulai membuka kembali ekonominya meski infeksi virus corona menyebar cepat di negara itu.
IMF memperingatkan China, sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia, akan menghadapi awal tahun yang sulit.
Namun komentar IMF memicu kekhawatiran orang-orang di seluruh dunia, tidak terkecuali Asia yang mengalami masa sulit pada 2022.
Inflasi terus meningkat di seluruh kawasan, sebagian besar dipicu oleh perang di Ukraina, sementara suku bunga yang lebih tinggi juga memukul rumah tangga dan bisnis.
Tak hanya IMF, World Bank, Asian Development Bank (ADB), dan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pun sudah memberikan warning kepada ekonomi Indonesia 2023 dampak krisis global.
Keempatnya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 secara tahunan (year-on-year/yoy) diperkirakan pada rentang 4,7% hingga 5%.
Proyeksi ini berada di bawah target pemerintah sebesar 5,3%. Namun, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 4,5%-5,3%.
Pemerintah Indonesia pun siap siaga dengan skenario terburuk jika terdampak resesi global.
Badai ekonomi pada 2023 diprediksi lebih kuat dibandingkan badai ekonomi 2022. The perfect storm 2023 merupakan istilah yang menjadi narasi para ekonom dan juga bahkan oleh pemerintah.
Perfect storm ini berupa tantangan ekonomi terkait dengan 5C, yaitu Covid-19, Conflict, Climate Change, Commodity Price, serta Cost of Living.
Kendati demikian, para pejabat di negeri ini meyakini Indonesia akan mampu bertahan di tengah ancaman resesi global.
Ada beberapa faktor yang akan menjadi kekuatan ekonomi Indonesia di 2023, salah satunya penduduk dengan usia muda yang akan menjadi penggerak ekonomi Indonesia.
Penduduk usia muda sangatlah berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi dikarenakan daya konsumsi lebih banyak berasal dari kalangan ini.
Kalangan muda ini banyak mengikuti tren seperti fashion dan produk handphone sehingga daya beli di Indonesia bisa tetap terjaga.
Hal ini yang memberikan dampak positif bagi kekuatan ekonomi Indonesia.
Karena sekitar 60% ekonomi makro Indonesia didukung oleh konsumsi domestik.
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.