Dalam proyek Sonic Bay, BASF rencanaya akan bekerja sama dengan perusahaan pertambangan dan metalurgi multinasional Prancis, Eramet yang telah memiliki legalitas usaha atas nama PT Eramet Halmahera Nikel (PT EHN).
Sementara itu, CEO BASF Martin Brudermüller mengungkapkan apresiasinya terhadap keberhasilan pemerintah Indonesia dalam mewujudkan performa pertumbuhan ekonomi yang sangat baik bahkan mampu mengungguli negara-negara di Eropa.
Ia juga berterima kasih atas dukungan yang diberikan Kementerian Investasi/BKPM sehingga proses investasi BASF mampu berjalan dengan baik khususnya dalam hal pengurusan perizinan.
CEO BASF menegaskan bahwa kesepakatannya dengan Eramet sudah memasuki tahap akhir dan akan segera direalisasikan.
"Kami ingin menyampaikan bahwa kesepakatan kami dengan Eramet sudah pada tahap final, kemungkinan keputusan kami akan diambil pada semester I 2023 ini. Nilai investasi yang akan kami gelontorkan kurang lebih 2,4 miliar euro dan akan mampu menciptakan lapangan pekerjaan secara langsung sebanyak 1.000 lapangan pekerjaan. Kami sangat mengapresiasi dukungan dari Kementerian Investasi/BKPM sehingga proses investasi kami berjalan lancar. Kami juga berencana melakukan investasi tindak lanjut," jelas Martin.
Proyek Sonic Bay diperkirakan akan meraup nilai investasi hingga USD2,2 – USD2,6 miliar dan kapasitas produksi sebesar 67 ribu ton nikel per tahun dan 7,5 ribu ton kobalt per tahun. Rencana investasi tindak lanjut BASF sendiri bertujuan untuk memproduksi MHP menjadi prekursor baterai listrik.
Sebagai informasi, BASF merupakan perusahaan multinasional asal Jerman dan produsen kimia terbesar di dunia yang saat ini bekerjasama dengan perusahaan pertambangan asal Prancis, Eramet, di bidang industri smelter pemurnian hidrometalurgi nikel dan kobalt yang menghasilkan produk bahan baku baterai kendaraan listrik.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)