Share

Bentrok Maut Pekerja PT GNI Disebut Gegara Kenaikan Gaji Cuma Rp5.000

Iqbal Dwi Purnama, MNC Portal · Jum'at 20 Januari 2023 16:53 WIB
https: img.okezone.com content 2023 01 20 320 2750188 bentrok-maut-pekerja-pt-gni-disebut-gegara-kenaikan-gaji-cuma-rp5-000-qc29nhlYir.JPG Ilustrasi upah pekerja. (Foto: Freepik)

JAKARTA - Kericuhan yang terjadi di PT Gunbuster Nickel Industri (GNI) diduga karena adanya kesenjangan upah antara pekerja lokal dan Tenaga Kerja Asing (TKA).

Presiden Buruh dan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal mengatakan para pekerja lokal di GNI hanya diberikan upah sekitar Rp3,6 juta per bulan dan hanya mengalami kenaikan kira-kira Rp5 ribu.

Hal itu yang menjadi sumbu dari adanya kericuhan yang terjadi di pabrik smelter yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2021 lalu.

 BACA JUGA:Bentrok Maut di PT GNI, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

"Kemudian ada tentang upah, murah sekali upah di Morowali, tidaknya hanya di GNI, di Morowali memang rendah, ini tidak diperbaiki, karena ini perusahaan raksasa tetapi upahnya sekitar Rp3,6 juta, kenaikan gaji cuma Rp5 ribu, kan menyakitkan seperti itu," ujar Said saat dihubungi MNC Portal, Jumat (20/1/2023).

Di samping masalah upah, perbedaan budaya ketika Tenaga Kerja Asing (TKA) berdampingan dengan Tenaga Kerja Lokal juga membuat situasi di GNI memanas.

Hingga pada puncaknya, bentrokan pun terjadi di dalam pabrik.

Follow Berita Okezone di Google News

"Ada juga perilaku budaya, mereka kalau nyuruh itu suka pakai kaki, sebagian TKA, tidak semua, mungkin bagi dia biasa, tetapi bagaimana dengan orang Indonesia yang memiliki budaya timur," lanjut Said.

Lebih lanjut Said melihat GNI merupakan perusahaan yang besar untuk ukuran peleburan bijih nikel.

Jika mengutip laman perusahaan, hasil dari Penanaman Modal Asing (PMA) asal China dengan nilai investasi Rp42,9 triliun.

Pabrik tersebut memiliki 25 jalur produksi, dengan kapasitas produksi 1,8 juta ton ferronikel pertahun dan di input bijih nikel sebanyak 21,6 juta ton.

Meski perusahaan besar, nyatanya lingkungan penduduk di sekitar perusahaan masih belum sejahtera atau belum banyak berkolaborasi dengan pengusaha daerah.

Seperti harapan pemerintah dari adanya invetasi yang masuk.

"Situasi ini diperparah dengan masyarakat yang kurang puas, mereka (masyarakat) sekeliling perushaan itu miskin, akhirnya bercampur," pungkasnya.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini