"Karena saya waktu itu gabung di pedagang hijrah Sukabumi banyak kegiatan sosial yang di mana kita sering mendukung acara dengan kopi." Jelas Dede.
Niat awal dirinya membuka brand kopi yaitu hanya untuk dakwah.
Bahkan, sempat ditertawakan dan sang pemilik lahan kebingungan saat ingin memberi harga sewa tempat membuka kopi.
Omzetnya kala itu hanya Rp3 juta. Namun, karena niat yang baik bisnisnya pun berkembang pesat dalam kurun waktu sembilan bulan sampai membuatnya kewalahan.
"Jadi, pas waktu buka itu keinginan saya tidak besar. Yang penting ada tempat buat ngajak teman ngopi, ngobrol tentang dakwah dan sosial. Tapi pas waktu ketika buka sangat luar biasa sampai kewalahan dan dengan modal Rp3 juta ini alhamdulillah sekarang aset di sini mungkin sudah ratusan juta," terangnya.
Untuk satu cabang kedai kopi Dede bisa meraih omset hingga Rp285 juta per bulan. Omzet tersebut naik ketika masa PPKM.
"Sampai terakhir omzet kita di angka Rp285 juta untuk satu cabang ini saja. Alhamdulillah, makanya pas waktu pandemi yang saya lakukan adalah tambah orang. Ketika saya tambah orang berarti saya tambah kapasitas turunnya rezeki untuk orang lain," tambah Dede.
Adapun sekarang ini, Dede sudah mempunyai tiga cabang kedai kopi di tempat berbeda.
(Zuhirna Wulan Dilla)