JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meyakini bahwa ekonomi Indonesia di 2023 bisa pulih. Terlihat dari laju inflasi sudah mulai terkendali dan harga energi tidak naik setinggi perkiraan awal.
Hal ini ditambah dengan kebijakan net zero Covid-19 di China yang sudah direvisi.
"Sehingga terjadi kalibrasi terhadap resesi, dan walaupun permintaan luar negeri menurun, dan untuk pertumbuhan diperkirakan perdagangan hanya 1,6% daripada tahun lalu yang 4%. Pemerintah tetap mendorong beberapa langkah dalam negeri," ujar Airlangga, dalam konferensi pers terkait Rapat Terbatas (Ratas) secara virtual di Jakarta, Senin (30/1/2023).
Baca Juga: Pasar Kekayaan Intelektual RI Berpotensi Tembus Rp300 Triliun
Menurut Airlangga, beberapa langkah yang disiapkan seperti belanja dalam negeri didorong, konsumsi dan investasi terus didorong dan beberapa sektor diharapkan bisa terus dipacu seperti sektor industri dan pariwisata.
"Kita lihat sinyal positif dari PMI yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI), dimana angka di Januari menyentuh 53,3, kemudian untuk production level di angka 56,2, angka order from customer di angka 55," ungkap Airlangga.
Baca Juga: Hadapi Resesi 2023, Pengusaha Perkuat Jaringan antar Pebisnis
Tidak hanya itu, pergerakan impor, kredit dan yang lain arahnya positif serta pertumbuhan ekonomi RI juga didorong oleh konsumsi dan ekspor, serta permintaan domestik yang harus terjaga.
"Nah tentu pemerintah melihat tabungan rumah tangga dan korporasi selama pandemi Covid-19 itu terus berada di perbankan dan berharap ini merupakan sebuah peluang untuk investasi. Pemerintah juga melihat dari PMI yang positif dan indeks keyakinan konsumen di atas 100, membuktikan bahwa masyarakat juga sudah mulai positif," tambahnya.
Kemudian sektor perindustrian, rilis indeks kepercayaan industri (IKI) juga positif di angka 51,54%, dan 17 sektor sudah berada di atas 50%. Ini berarti sektor-sektor tersebut mengalami kenaikan mulai dari pengolahan tembakau, logam, peralatan listrik, mesin, logam dasar, makanan, alat angkutan, industri kertas, dan lainnya.
Sementara itu, beberapa sektor yang masih berada di bawah 50% IKI-nya antara lain pakaian jadi dan komputer.
"Yang diperhatikan oleh pemerintah, sektor swasta juga masih menyimpan dananya di perbankan. Nah ini yang perlu didorong agar net savingnya bisa direalisasikan dalam bentuk capex dan pemerintah memonitor beberapa korporasi itu melakukan pembayaran atau manajemen utang. Kita berharap dengan manajemen utang yang lebih baik, capex akan didorong," ujarnya.
(Feby Novalius)