JAKARTA - Harga minyak naik di akhir perdagangan Senin. Pasar mempertimbangkan kembalinya permintaan dari China yang sebelumnya menjadi kekhawatiran bahwa pasokan dan pertumbuhan ekonomi lebih lambat sehingga membatasi konsumsi.
Minyak mentah berjangka Intermediate West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret terangkat 72 sen atau 1,0% menjadi USD74,11 per barel di New York Mercantile Exchange, setelah mencapai level tertinggi USD74,41 dan terendah USD72,25.
Baca Juga:Â Ekonomi China Pulih, Harga Minyak Brent dan WTI Naik
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April bertambah USD1,05 atau 1,3% menjadi USD80,99 per barel di London ICE Futures Exchange, setelah diperdagangkan antara USD79,10 dan USD81,25 per barel.
Adapun kenaikan harga didukung prospek pemulihan China setelah pelonggaran pembatasan COVID-19.
Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan setengah dari pertumbuhan permintaan minyak global tahun ini berasal dari China. Di mana permintaan bahan bakar jet melonjak.
Baca Juga:Â Harga Minyak Dunia Merosot, WTI Dibanderol USD75 per Barel
Namun kenaikan harga dibatasi karena dolar juga naik ke level tertinggi tiga minggu terhadap euro. Dolar yang lebih kuat biasanya mengurangi permintaan minyak berdenominasi dolar dari pembeli yang membayar dengan mata uang lain.
"Anda memiliki dolar yang kuat, Anda berada dalam lingkungan yang umumnya berisiko," kata Direktur Eksekutif Energi Mizuho, Robert Yawger, demikian dikutip dari Antara, Selasa (7/2/2023).
Follow Berita Okezone di Google News