Share

5 Fakta 14 Pabrik Garmen Hengkang dari Jawa Barat Gegara Upah Tinggi

Zuhirna Wulan Dilla, Okezone · Sabtu 11 Februari 2023 06:23 WIB
https: img.okezone.com content 2023 02 10 320 2762550 5-fakta-14-pabrik-garmen-hengkang-dari-jawa-barat-gegara-upah-tinggi-lrkmXUoScd.JPG Ilustrasi upah pekerja. (Foto: Freepik)

JAKARTA - Belasan pabrik garmen di Jawa Barat memutuskan hengkang karena masalah upah minimum kabupaten/kota (UMK) atau upah standar yang diberikan pada buruh terlalu besar.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jabar, Rachmat Taufik Garsadi mengatakan telah menerima laporan terkait rencana 14 pabrik di Jabar pindah ke provinsi lain.

"Ini banyak pabrik padat karya seperti garmen. Semuanya ada kaitan dengan persoalan upah, jadi mungkin mereka sudah tidak sanggup lagi sehingga mau pindah," ucap Rachmat, Selasa, 7 Februari 2023.

Dirangkum Okezone, Sabtu (11/2/2023), berikut fakta soal belasan pabrik garmen hengkang dari Jawa Barat:

 BACA JUGA:Tak Mampu Bayar Upah Pekerja, 14 Pabrik Garmen Angkat Kaki dari Jabar

1. Penyebab Utama

Rachmat menjelaskan kembali kalau yang menjadi masalah utama adalah beberapa daerah memiliki UMK tergolong tinggi.

"Dari 14 ini rinciannya 10 pabrik di Kabupaten Bogor dan 4 pabrik di Purwakarta. Para pengusaha di wilayah itu pun sudah melaporkan situasi ini ke Kementerian Tenaga Kerja RI," ungkapnya.

2. Pabrik Sampai Ajukan Permohonan ke Kemnaker

14 pabrik tersebut juga sudah mengajukan permohonan penangguhan upah di bawah UMK Jabar ke Kemenaker.

Namun, aturan kini sudah berubah sehingga perusahaan diwajibkan untuk membayar upah bagi para pekerja sesuai keputusan UMK 2023.

"Jadi dengan upah sekitar Rp4,5 juta, kemungkinan mereka tidak sanggup untuk membayar gaji pekerjanya. Sehingga mereka meminta ke pusat, ke kementerian yah karena kalau ke provinsi tidak ada kewenangannya untuk pindah pabrik dari Jawa Barat," jelasnya.

Follow Berita Okezone di Google News

3. Pindah Lokasi

Adapun rencana relokasi ini sudah dilampirkan dengan kesepakatan para pekerja di 14 pabrik ini.

"Sebagian besar yang mau pindah itu di Purwakarta, tapi memang saya belum klarifikasi kembali. Ini baru mereka yang menyampaikan rencana relokasi pabriknya ke Cirebon atau ke Jawa Tengah," ucapnya.

4. Pengusaha Buka Suara

Menyikapi kejadian ini, Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Anne Patricia menyebut belum mendapat laporan resmi dari pihak pengusaha garmen Jabodetabek.

Dia mengatakan pabrik-pabrik yang menjual asetnya di wilayah Jabodetabek tersebut merupakan perusahaan swasta yang tidak terdaftar di API.

"Kami dari API belum mendapat informasi dari para anggota API adanya penjualan pabrik garmen di Jabodetabek. Tapi kalau pengurangan kapasitas memang kita sudah mendengar dari tahun lalu. Memang banyak laporan ke kita tapi persisnya ada yang naik ada yang turun ada juga yang rekrut lagi karena sesaat," ujar Anne saat dihubungi MNC Portal Indonesia.

5. Nasib Karyawan

Dia juga menambahkan soal ada beberapa pabrik garmen secara nasional sudah tutup dan dijual di situs jual beli properti, bukan berarti pengusaha tersebut menjual secara mendadak, melainkan perlahan. Seperti dimulai dari pengurangan karyawan baru setelah itu menjualnya.

"Tapi kalau nasional ada yang tutup saya nggak yakin langsung mereka jual, ada yang tutup atau mengurangi karyawan itu mungkin karena softening global. Tapi kalau langsung jual itu menurut saya drastis banget," pungkasnya.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini