JAKARTA - Industri ban di Tanah Air kian terancam. Pasalnya, banyak petani karet alam beralih ke komoditas lain seperti kelapa sawit.
"Industri pabrik ban kita terancam. Petani-petani karet pada pindah ke kelapa sawit," beber Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI), Abdul Aziz Pane, saat berdialog di IDX Channel, Selasa (14/2/2023).
Dia mengungkapkan bahwa sebanyak 14 pengusaha ban sudah hengkang dari Medan kerena sudah tidak lagi mempunyai bahan baku untuk memproduksi ban.
Baca Juga: Siapa Pemilik Pabrik Ban GT Radial? Merek Ternama yang Ada di Berbagai Negara
Padahal ban hasil produksi Medan memiliki kualitas standar mutu tinggi bertaraf Internasional. Bahkan banyak diminati perusahaan otomotif Eropa.
Menurutnya, jika para petani semakin tidak minat menanam karet alam lagi selama 5 hingga 10 tahun ke depan maka pengusaha ban akan semakin sulit mendapatkan bahan baku, alhasil tidak ada lagi produsen ban di Tanah Air.
"Kalau ini berlangsung 5 sampai 10 tahun ke depan, bahaya. Karena tidak ada jaminan dari pemerintah agar petani karet itu jangan mengalihkan pertaniannya ke kelapa sawit," ujar Abdul.
Baca Juga: Komoditas Karet Sumbang Devisa USD7 Miliar dan Serap Banyak Tenaga Kerja
Abdul menerangkan, alasan banyaknya petani sawit yang banting stir ke pertanian kelapa sawit lantaran harga pupuk karet alam yang terlampau mahal. Mereka kesulitan membeli pupuk sehingga beberapa dari petani karet lebih memilih untuk menanam sawit, dan beberapa di antaranya lagi bekerja sebagai karyawan pengusaha kelapa sawit.
"Bukan hanya pengalihan lahan tetapi petaninya jadi pegawai di kebun kelapa sawit. Jadi petani petani karet itu sudah tidak lagi mengurusi lahan karetnya. Bagaimanapun petani kan juga butuh makan," imbuhnya.
Oleh karena itu, agar industri ban di Indonesia tetap tumbuh dan berkembang, Abdul mengharapkan supaya pemerintah memberikan perhatian penuh kepada petani karet alam. Setidaknya mendorong mereka dengan memberikan jaminan-jaminan agar petani karet alam tetap konsisten menanam komoditasnya untuk memenuhi bahan baku ban.
"Ini kan bahaya kalau didiemin sehingga pemerintah perlu memberikan insentif kepada petani karet paling tidak barangkali memberikan pupuk jangan sampai pohonnya rusak," tandasnya.
(Feby Novalius)