JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyayangkan penutupan pintu distribusi Minyakita ke ritel modern oleh pemerintah.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey mengatakan, alasan pemerintah menutup pintu distribusi karena banyak masyarakat yang beralih ke minyak goreng premium tidak sesuai data di lapangan.
Pasalnya, dia tidak mendapatkan pengakuan dari konsumen minyak goreng premium perihal shifting yang diungkap pemerintah.
"Kami sangat menyayangkan. Karena akhirnya ritel tidak dapat lagi. Kalau pun dibilang ada shifting konsumen minyak premium ke Minyakita kami tidak dapatkan datanya. Maksudnya gini bahwa tidak ada observasi data yang mengatakan betul saya biasa beli premium kemudian pindah ke Minyakita, di ritel konsumennya tidak begitu," ujar Roy saat dihubungi, Jumat (24/2/2023).
BACA JUGA:Aprindo: Maklumin Aja Harga Minyak Goreng di Ritel Modern Mahal
Lebih lanjut Roy berujar, berdasarkan observasinya, masyarakat yang biasanya membeli minyak goreng premium tetap membeli jenis tersebut meskipun ada pilihan Minyakita di rak penyimpanan.
Artinya, Minyakita memang dibeli oleh masyarakat kurang mampu namun lebih memilih membeli di ritel modern karena jaraknya lebih dekat dengan rumah.
"(Konsumen yang membeli) premium tetap membeli premium. Karena apa, mereka sudah biasa pakai minyak goreng itu, nah mereka mau shifting ke Minyakita itu rasanya bisa beda, atau kualitas makananya bisa beda, mana mau. Jadi alasan terjadi shifting tidak terjadi. Saya enggak tahu di luar ritel. Tapi kalau shifting konsumen yang minyak goreng premium ke Minyakita itu tidak ada datanya," tegasnya.
Roy menjelaskan mengapa Minyakita laris manis di ritel modern sebelum pelarangan pemerintah. Kata dia, hal itu karena segmentasi konsumen ritel modern sekitar 15-20 persen menengah ke bawah dan letak rumahnya tidak jauh dari ritel modern.
"Yang rumahnya dekatan dengan supermarket, ngapain beli jauh-jauh beli Minyakita," ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Mendag Zulhas menegaskan Minyakita yang saat ini tengah dipersiapkan oleh produsen minyak goreng sebanyak 450 ribu ton per bulan akan fokus disebarkan di pasar tradisional. Artinya, tidak disebar lagi di ritel ataupun marketplace (e-commerce). Hal ini guna mengantisipasi kelangkaan stok seperti yang terjadi saat ini.
"Sekarang saya sudah bilang, langkah pertama tambah dulu, kemarin 300 ribu ton per bulan sekarang tambah jadi 50% jadi 450 ribu ton. Kedua, Minyakita udah nggak boleh lagi di jual di online kita suruh jualnya dipasar," ujar Zulhas saat ditemui awak media di Hotel JS Luwansa Jakarta.
Dengan demikian, jika dua minggu ke depan masyarakat membutuhkan Minyakita bisa langsung mendatangi pasar-pasar tradisional terdekat dengan membeli seharga Rp14.000 per liternya.
(Zuhirna Wulan Dilla)