Awalnya, Merpati hanya memiliki armada jenis unit de Havilland Otter/DHC-3 empat unit, dua unit Dakota DC-3. Armada tersebut merupakan pesawat hibah dari Angkatan Udara (TNI AU), saat itu disebut dengan nama AURI. Armada dioperasikan untuk penerbangan perintis, seperti di Pulau Kalimantan.
Seiring pertumbuhan bisnis perusahaan, pasca 1964 manajemen Merpati saat itu memandang perlu untuk memperkuat armada dengan menambah tiga Dornier DO-28 dan enam Pilatus Porter PC-6.
Namun, beberapa pesawat sebelumnya ada yang tidak lagi mampu dioperasikan sehingga armada efektif Merpati 15 pesawat saja. Adapun karyawan Merpati juga ikut bertambah menjadi 583 orang.
"Saya kembalikan ke tahun 1966, di mana Merpati pada waktu itu sudah berdiri 4 tahun ya, saya sendiri tadinya dari penerbangan Angkatan Laut, terus ke Perhubungan Udara, terus ditempatkan di Merpati. Di situ saya ikut melayani penerbangan kecil, di mana dimulainya penerbangan menggunakan pesawat Dakota, Twin Otter,"
"Oh tidak sama sekali (dugaan bangkrut), justru jaman saya itu, waktu jaman kejayaan Merpati, jaman saya waktu itu pesawat jet baru satu, dua pesawat saja. Setelah itu dari tahun 1990 sampai 2004 itu hampir semuanya pesawat jet, dan semua rute di Indonesia di layani Merpati," kata dia.
(Feby Novalius)