JAKARTA — Indonesia kekurangan sopir truk yang kompeten di tengah angkatan kerja yang melimpah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah angkatan kerja berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Agustus 2022 sebanyak 143,72 juta orang, naik 3,57 juta orang dibanding Agustus 2021.
Akan tetapi, Indonesia disebut masih kekurangan sekira 15 - 20% pengemudi truk kompeten yang memiliki pengetahuan, kemampuan dan sikap yang mumpuni.
“Artinya, bila 1 perusahaan memiliki 100 truk, antara 15 - 20 unit akan menganggur setiap bulannya karena tidak ada sopir yang kompeten,” ujar Ketua Kompartemen Pendidikan dan Pelatihan Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Johannes Samsi Purba dalam program Market Review IDX Channel, Rabu (29/3/2023).
Johannes mengatakan, pemerintah perlu bertindak cepat untuk menindaklanjuti kekurangan tersebut lantaran akan memberikan efek domino ke berbagai hal. Pertama, tenaga kerja asing akan menggunakan kesempatan ini untuk mengisi kekosongan, sehingga berpotensi meningkatkan angka pengangguran.
Kedua, kekosongan pengemudi truk kompeten akan berpengaruh kepada distribusi barang. Bila distribusi tidak diatur secara maksimal, tentunya akan menurunkan akses masyarakat untuk mendapatkan barang dan pada akhirnya meningkatkan harga.
BACA JUGA:
“Bila distribusi terhambat, pasti akan menyebabkan inflasi. Ini perlu dicermati,” imbuhnya.
Pemerintah dinilai perlu untuk menciptakan ekosistem pengemudi truk sebagai pekerjaan profesional lantaran masih banyaknya masyarakat yang belum yakin dengan profesi tersebut bila dilihat melalui aspek sosial dan ekonomi.
“Artinya banyak yang meragukan profesi tersebut. Mereka tidak yakin apakah gaji tersebut cukup untuk menghidupi keluarganya. Perlu dibangun ekosistem atau lingkungan kerja yang profesional, karena mereka garda terdepan distribusi,” tukasnya.
(Dani Jumadil Akhir)