Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ekonomi Dunia Diprediksi Lebih Baik di 2024, Sri Mulyani: Revisinya Bisa 4 Kali dalam 1 Tahun

Michelle Natalia , Jurnalis-Kamis, 06 April 2023 |13:03 WIB
Ekonomi Dunia Diprediksi Lebih Baik di 2024, Sri Mulyani: Revisinya Bisa 4 Kali dalam 1 Tahun
Menteri Keuangan Sri Mulyani. (Foto: Okezone.com/DJP)
A
A
A

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan berdasarkan prediksi lembaga-lembaga internasional, kondisi ekonomi di 2024 secara global lebih baik sedikit.

"Namun kita harus sedikit men-discount juga, karena proyeksinya terus direvisi. Yang namanya proyeksi ekonomi itu, lembaga-lembaga internasional revisinya bisa 4 kali dalam 1 tahun," ungkap Sri dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2023 secara virtual di Jakarta, Kamis (6/4/2023).

Dia mencontohkan, proyeksi ekonomi di tahun ini sudah diprediksi tahun lalu atau pada Oktober 2022. Namun di Januari 2023, mereka merevisi dan dalam spring meeting di April minggu depan akan ada muncul lagi atau mungkin digeser ke pertengahan tahun.

"Nanti di bulan September-Oktober, ada revisi yang keempat. Dan nanti di Desember, pada saat sudah selesai direvisi, ya udah selesai gitu. Kalau revisinya berulang-ulang, ya berarti kalibrasinya menunjukkan bahwa banyak faktor yang tadinya tidak tertangkap di dalam modelling proyeksi mereka. Namun, at least sampai hari ini, kita Indonesia disebutkan oleh banyak sekali prediksi tahun depan akan relatif lebih baik," jelas Sri.

Namun demikian, Sri Mulyani menyatakan bahwa ekonomi RI relatif lebih baik. Meski Presiden Jokowi ketika itu mendapatkan masukan dan bahan informasi dari lembaga internasional yang memperkirakan 2023 sebagai tahun gloomy.

"Makanya disebutnya kelam, gelap, dan resesi," katanya.

Dan memang hal ini yang kemudian yang terjadi di berbagai negara, terutama di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, di mana dinamikanya menggambarkan arah ke sana kemungkinan akan terjadi. Di sisi lain, inflasinya mengalami puncak pada tahun ini di negara-negara maju, khususnya AS dan Eropa.

"Kenapa kalau di Eropa? Karena harga energi dengan perang Ukraina-Rusia dan di AS juga karena harga energi. Kalau bapak ibu sekalian di ruangan ini punya teman, keponakan, anak, saudara yang hidup di Eropa, pasti mereka bisa melaporkan kepada Anda bahwa tahun lalu betapa himpitan harga komoditas terutama energi melonjak sangat tinggi. Itu tidak semuanya ditembuskan ke rakyatnya," tambah Sri.

Kalau mengikuti mekanisme pasar, harga energi tahun lalu di Eropa, dan di Inggris misalnya, naiknya bisa 3 kali lipat.

"Sebagian di-pass through, naiknya bisa 2 kali lipat atau bahkan mendekati 2,5 kali lipat, sebagian diambil bebannya oleh pemerintah melalui berbagai subsidi. Itu yang dilakukan juga di negara yang biasanya melakukan mekanisme pasar murni," pungkas Sri.

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement