Neil Saunders, direktur pelaksana ritel di lembaga konsultan GlobalData, memiliki analisa yang sama.
Ia mengatakan Tupperware ”gagal beradaptasi dengan perubahan zaman” dari segi produk maupun distribusinya. Saunders menekankan metode penjualan langsung lewat acara-acara berkumpul ”tidak terhubung” dengan pelanggan muda maupun pelanggan tua.
Meski perusahaan itu sudah berupaya untuk memasarkan produknya dengan gaya baru kepada generasi-generasi muda, penjualannya tetap tidak bisa didongkrak.
Walau perusahaan itu selalu didominasi oleh perempuan dalam pemasarannya di lapangan, cara itu tidak selalu dicerminkan di jajaran pimpinannya. Oleh karena itu, menurut Clarke, Tupperware kesulitan untuk mempopulerkan kisah suksesnya ataupun beradaptasi dengan masa sekarang.
Tak hanya itu, para konsumennya yang lebih muda cenderung memilih produk-produk yang lebih ramah lingkungan seperti menggunakan kertas beeswax atau lilin lebah yang ramah lingkungan untuk menjaga makanan tetap segar, tambahnya.
Baca Selengkapnya : Kisah Tupperware, Terancam Bangkrut Imbas Gagal Adaptasi dengan Perubahan Zaman
(Kurniasih Miftakhul Jannah)