JAKARTA - Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Hybrid Nusa Penida terus konsisten memasok energi bersih bagi sistem kelistrikan di Bali.
PLTS berkapasitas 3,5 Megawatt peak (MWp) ini mampu menurunkan emisi 4,19 ribu ton CO2e per tahun untuk Pulau Bali.
Menjadi salah satu showcase PLN untuk inisiasi transisi energi, PLTS Nusa Penida mulai beroperasi menjelang gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 November 2022.
Hal ini pun menjadi komitmen PLN dalam meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) di Tanah Air. Selain untuk kelistrikan, PLTS yang terbentang di lahan 4,5 hektar ini sekaligus menjadi lokasi eduwisata di Bali.
Ketua Pusat Unggulan Energi Terbarukan Berbasis Masyarakat atau Center for Community Based Renewable Energy (CORE) Universitas Udayana, Ida Ayu Dwi Giriantari menyampaikan, hadirnya PLTS Hybrid di Nusa Penida sangat berdampak pada pengurangan penggunaan energi fosil, terutama siang hari.
“Ini menjadi contoh baik yang sudah selayaknya ditingkatkan, apalagi Nusa Penida merupakan destinasi wisata sehingga wajib mengedepankan penggunaan energi bersih yang telah menjadi komitmen pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah,” ucap Ida, Sabtu (29/4/2023).
PLTS ini merupakan pembangkit yang beroperasi dengan konfigurasi sistem hibrida yang terdiri dari pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), PLTS, serta menggunakan Battery Energy Storage System (BESS) berkapasitas 1,84 megawatt hour (MWh).
General Manager PLN Unit Induk Distribusi Bali, I Wayan Udayana mengatakan guna mempercepat proses transisi energi, PLN akan terus menambah kapasitas pembangkit yang bersumber pada energi terbarukan.