JAKARTA - China mencatatkan pertumbuhan ekonomi hingga 4,5% dalam tiga bulan pertama tahun ini. Pertumbuhan didapat setelah China memutuskan melonggarkan larangan kesehatan yang ketat untuk mengendalikan virus corona.
Namun demikian, ekonomi terbesar kedua di dunia ini juga dilanda serangkaian krisis lain, mulai dari sektor properti yang sarat utang hingga kepercayaan konsumen yang melemah, inflasi dunia, ancaman resesi di tempat lain, dan ketegangan geopolitik dengan Amerika.
"Ekonomi China terutama dalam proses pemulihan, dengan kekuatan pendorong dari dalam yang masih lemah dan permintaan tidak mencukupi," kata laporan Kantor Berita Xinhua, dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (2/5/2023).
Sementara itu, Purchasing Managers Index (PMI) China untuk sektor non-produksi, yang mengukur pertumbuhan di sektor jasa dan konstruksi, turun menjadi 56,4 dari 58,2 pada Maret.
Angka bulan Maret itu yang tertinggi sejak Mei 2011, karena negara mengalami lonjakan permintaan untuk layanan perjalanan, hiburan, dan rekreasi lain yang tidak tersedia selama hampir tiga tahun akibat pandemi.