Kemudian, dari sisi Penanaman Modal Asing (PMA), Abdul Manap menyebut porsi PMA AS di Indonesia hanya sebesar 6 persen pada 2022. Namun, lanjut Abdul Manap, pemerintah tetap perlu mewaspadai aspek PMA karena AS berinvestasi pada sektor-sektor strategis, khususnya energi.
Sektor berikutnya yang perlu dipertimbangkan adalah sektor moneter. Pengaruh gagal bayar utang AS pada sektor moneter Indonesia akan terlihat pada transmisi nilai tukar rupiah. Pasalnya, gejolak moneter umumnya menimbulkan capital outflow yang menyebabkan terjadinya depresiasi nilai tukar rupiah sehingga dapat memengaruhi tingkat suku bunga.
Sektor terakhir adalah dari sisi fiskal. Menurut Abdul Manap, dampak potensi gagal bayar utang AS dapat memengaruhi imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN). Bila AS gagal bayar utang, nilai imbal hasil SBN akan meningkat, dan besaran biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk lelang SBN akan membesar.
“Tentu ini akan berpengaruh terhadap biaya cicilan dan pokok utang yang cenderung akan naik,” jelas Abdul Manap.
(Taufik Fajar)