Royke membeberkan juga bahwa perubahan-perubahan BNI sudah dimulai dari yang mendasar di segala bidang perbankan.
Apalagi, situasi di pasar yang tak menentu setelah pandemi membuat volatilitas tinggi.
Hal itu karena ada konflik geopolitik global seperti perang Rusia-Ukraina atau bahkan kompetitor BNI yang juga melakukan transformasi, sehingga menjadikan BNI kompetitif kedepannya.
"Supaya kita punya daya saing, bisa sustain, bisa tumbuh, bukan sekedar tumbuh yang seperti ini, tapi kita mau tumbuh yang sehat kedepan," tegas Royke.
Tumbuhnya BNI juga tak lepas dari dukungan BUMN yang cukup tinggi. Terbukti bahwa transformasi yang dilakukan BNI tercermin dari perolehan laba bersih di tahun buku 2022 sebesar Rp18,31 triliun atau tumbuh 68%.
"Ini yang merupakan laba tertinggi dalam sejarah BNI. Nah bagaimana kedepan? kita terus transformasi kita lakukan terus menerus, dengan strategi kita berbaiki infrastruktur kita, infrastruktur IT kita, bagaimana kita mencoba untuk mencari customer dengan ekosistemnya," jelas Royke.
Dengan demikian, Royke akan membawa BNI melakukan inovasi lain supaya bisa mendapatkan transaksi yang lebih banyak lagi.
"Dengan transaksi lebih banyak lagi kami bisa mendapatkan cost of fund dari transaksi itu ya lebih kompetitif," kata dia.
Jika BNI berhasil tumbuh dan berkelanjutan, pasti membawa bank bisa beradaptasi dengan digital.
Bagaimanapun, lanjut Royke, infrasturktur yang sudah BNI bangun, beli dan investasikan pada hakikatnya yang akan menjalankan adalah manusia.
Sehingga manusia juga merupakan poin penting BNI dalam bertransformasi karena mereka tahu bagaimana melakukan inovasi, proaktif dan melayani dengan teknologi yang sudah ter-update.
(Zuhirna Wulan Dilla)