Share

Bos IMF Yakin AS Bisa Bereskan Masalah Utang di Menit-Menit Terakhir

Dovana Hasiana, MNC Portal · Rabu 24 Mei 2023 21:06 WIB
https: img.okezone.com content 2023 05 24 278 2819413 bos-imf-yakin-as-bisa-bereskan-masalah-utang-di-menit-menit-terakhir-Gr3oqku6QL.jpg IMF Yakin AS Tidak Akan Gagal Bayar Utang. (Foto: Okezone.com/Reuters)

JAKARTA — Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) Kristalina Georgieva menyakini bahwa Amerika Serikat (AS) tidak akan gagal bayar utang. Hal ini disampaikan dalam Forum Ekonomi Qatar di Doha.

Padahal putaran terakhir pembicaraan plafon utang antara Presiden Joe Biden dan Ketua DPR AS Kevin McCarthy berakhir tanpa keputusan. Dengan batas waktu 1 Juni sudah dekat.

"Sejarah memberitahu kita bahwa AS pernah bergulat dengan gagasan gagal bayar ini, tetapi berhasil diselesaikan di menit terakhir. Saya yakin kita akan melihat ‘permainan’ itu lagi," ujar Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, dilansir Reuters, Rabu (24/5/2023).

Seperti diketahui, Amerika Serikat berpotensi gagal bayar utang sebesar USD31,4 triliun atau setara Rp461 triliun. Bahkan, Menteri Keuangan AS Janet Yellen telah memperingatkan, AS mungkin akan kehabisan uang tunai pada 1 Juni 2023 jika kongres gagal menaikkan atau menangguhkan plafon utang.

Berbagai pertemuan antara Presiden Joe Biden dan Ketua DPR AS Kevin McCarthy telah dilakukan untuk mendapatkan kesepakatan dalam meningkatkan plafon utang. Namun, kedua belah pihak masih tersendat dalam membahas persyaratan untuk menaikan plafon utang. Dari sisi Partai Demokrat, Biden kecewa karena Partai Republik tidak akan mempertimbangkan cara untuk meningkatkan pendapatan melalui peningkatan pajak orang kaya dan perusahan.

Follow Berita Okezone di Google News

Sementara, dari sisi Partai Republik McCarthy menolak untuk meningkatkan plafon utang melewati batas USD 31.4 triliun kecuali Biden dan Demokrat setuju untuk memotong pengeluaran dalam anggaran federal.

Pada kesempatan yang sama, Georgieva mengatakan bahwa dolar AS kemungkinan akan tetap menjadi mata uang global meskipun terdapat peningkatan diskusi tentang dedolarisasi untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.

Adapun fenomena itu muncul dari blok BRICS yang terdiri dari Brazil, Russia, India, China dan Afrika Selatan. Selain itu, Indonesia dengan berbagai pihak bahkan sudah menerapkan dedolarisasi melalui skema local currency transaction (LCT).

"Kami tidak mengharapkan pergeseran cepat dalam dolar karena kekuatan ekonomi AS dan kedalaman pasar modalnya," pungkas Georgieva.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini