“Misalnya kita kasih bantuan, tapi kita suruh bantuan anggaran itu untuk digunakan untuk buka warung, sementara kebutuhan mereka adalah untuk makan. Menurut saya, justru mereka harus menggunakan itu untuk konsumsi sehari-hari agar bisa pengeluaran seharinya bisa lebih dari USD 1,9,” bebernya.
Akhmad mengatakan, berdasarkan data yang ada, kemiskinan ekstrem terjadi pada daerah pedalaman atau pedesaan yang tidak tersentuh oleh pembangunan. Sehingga mereka hanya merasakan dampak yang kecil dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif pada beberapa waktu terakhir.
“Memang perlu strategi khusus untuk masyarakat di pedalaman. Salah satunya adalah memastikan bahwa produk yang mereka hasilkan melalui pertanian atau peternakan memiliki nilai ekonomi. Selama ini, masyarakat pegunungan yang menghasilkan singkong hanya akan menjual singkongnya dengan harga yang sangat murah,” pungkasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)