Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Henny Rolupat, Bantu UMKM Malah Sukses Berdagang Batik Go Internasional

Rani Hardjanti , Jurnalis-Senin, 12 Juni 2023 |12:24 WIB
Henny Rolupat, Bantu UMKM Malah Sukses Berdagang Batik <i>Go</i> Internasional
Henny Rolupat, Bantu UMKM Malah Sukses Berdagang Batik Go Internasional (Foto: Rani Hardjanti/Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Sekilas tidak ada yang berbeda dari Butik Batik Rolupat. Namun begitu membuka pintu butik dan masuk ke dalamnya seakan meninggalkan Jakarta.

Interiornya klasik modern, alunan musik gending Jawa disertai wangi melati seolah membawa pengunjung serasa di Solo, Jawa Tengah. Pada sisi dinding kanan dan kiri membentang apik batik-batik kualitas ekspor.

Sorotan lampu mempertegas penampilan corak batik bermotif cerah. Sorotan lampu juga membuat batik-batik tampil menawan.

Tak ayal batik-batik apik itu membuat pengunjung berdecak kagum dan ingin berlama-lama melihat setiap detail motif kain. Apalagi motif setiap helai batik berbeda satu dengan lainnya.

"Halo, selamat datang di Rolupat. Saya Henny Christiningsih," dia menyapa lembut seraya memecah perhatian.

Butik Batik Rolupat 

Henny adalah pemilik Rolupat Batik dan Butik, yang berlokasi di Jalan Paus No 84B, Rawamangun, Jakarta Timur. Wanita asli Solo itu pun mengajak berkeliling butik yang dibangunnya sejak 2016.

Tanpa jemu, Henny menjelaskan satu persatu batik-batik Rolupat yang kuat dengan karakteristik pada corak warna yang tidak biasa.

"Di sini ada macam-macam batik, ada Sogan, Parang, Kawung, Sidomukti, dengan warna yang cerah. Kalau batik biasanya kan berwarna cokelat, itu sudah biasa. Produksi kami di sini berwarna cerah sesuai selera pembeli baik lokal maupun internasional," ujar Henny.

Henny menjelaskan, warna cerah sangat diminati terlebih segmen pasar luar negeri. Para pembeli asing tidak hanya minat pada produk fashion batik tetapi juga untuk dekorasi meja makan, baik taplak, alas piring dan gelas juga untuk tisu.

"Itu sangat disukai oleh warga asing, karena ini adalah sesuatu karya dengan corak yang berbeda. Seperti di Eropa, Korea dan Amerika itu suka sekali dengan produk batik, kan di sana tidak ada," ujar Henny yang besar dari keluarga pembatik di Solo.

Tidak hanya dekorasi meja makan, tetapi Henny juga membuat jeans dengan motif batik kualitas ekspor. Begitu juga dengan tas batik dengan motif daun Monstera yang sangat diminati pembeli asing. "Ini sangat disukai di Hong Kong," ujarnya.

Henny menjelaskan, bahwa produk batik yang dijualnya adalah hasil karya 150-an UMKM hasil binaan Rolupat. Awalnya Henny berusaha meneruskan usaha batik milik kedua orangtuanya. Setelah berhasil, Henny melihat banyak pembatik di sekelilingnya yang mengalami fase mati suri.

 Butik Batik Rolupat

Henny pun tergugah. Dia berinisiatif melatih hingga mengkurasi produk batik, baik dari corak, warna, motif hingga pola.

Dari sekitar 100-an UMKM yang dibina, akhirnya mendapatkan 35 UMKM yang produktif. Setelah melalui proses kualitas kontrol yang konsisten, 35 UMKM binaan Rolupat mampu berproduksi dan digemari market, karena modelnya bervariatif tidak terpaku pada pakem batik kuno.

Selain fokus pada kualitas produk, Henny pun juga menyokong pendanaan para UMKM. Sehingga mereka bisa memproduksi tanpa harus takut tidak ada modal dan kepastian terbeli. "Jadi sistemnya beli putus," imbuhnya.

Ketika Henny menjajakan produk dan ada pembeli, maka dia akan memesan ke UMKM binaan dengan membelinya terlebih dahulu sehingga pelaku UMKM binaanya mampu berproduksi secara maksimal.

Henny mengaku mendapat modal awal untuk melakukan pembinaan UMKM dengan sistem Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank BRI sebesar Rp3 miliar dengan jaminan pabrik konveksi miliknya. Kini, pinjaman KUR itu sudah lunas. Bahkan Henny kembali memanfaatkan fasilitas KUR dari BRI dengan nilai yang lebih besar lagi.

"Saya pilih BRI karena bunganya paling kecil. Saya sudah hitung itu, Bank BRI bunganya cuma 3 persen. Jadi memang pas buat dunia usaha," ujar ibu tiga anak ini.

Dari KUR inilah roda ekonomi berputar. Dengan sistem beli putus, dia menyerap produksi UMKM binaan lalu hasilnya dijual, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Keuntungan yang didapat, lanjut Henny antara 30-50 persen. Tetapi, keuntungan itu menurutnya bukan masuk ke kantong pribadi. Melainkan kembali dijadikan modal untuk menjualnya di pasar internasional.

"Kalau Rolupat pameran di luar negeri kan kita harus beli tiket pulang pergi, bayar booth, bayar kebutuhan di sana, kalau pas bawa banyak batik kan harus membayar kelebihan bagasi. Jadi butuh modal yang cukup besar. Tiketnya saja terkadang ada yang sampai Rp7 juta, bahkan lebih," ujarnya.

Namun, wanita jebolan fakultas pertanian ini menegaskan bahwa keuntungan bukanlah tujuan utama. Melainkan, membawa nama baik budaya Indonesia dan menghidupi UMKM pengrajin batik agar terus lestari.

"Saya yakin ketika kita membantu orang, Tuhan itu akan kasih jalan kebaikan buat kita. Saya yakin 1.000 persen dan itu tidak pernah meleset. Kalau rejeki sudah ada yang atur. Tapi membantu orang itu nilainya luar biasa," tutupnya.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement