Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Sri Mulyani Ungkap Dampak Mengerikan Perubahan Iklim, Tanah Hilang Ditelan Laut

Michelle Natalia , Jurnalis-Rabu, 12 Juli 2023 |17:38 WIB
Sri Mulyani Ungkap Dampak Mengerikan Perubahan Iklim, Tanah Hilang Ditelan Laut
Sri Mulyani Dampak Perubahan Iklim. (Foto: Okezone.com/Kemenkeu)
A
A
A

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mangatakan bahwa betapa beratnya dampak perubahan iklim bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Indonesia sebagai negara kepulauan, lebih dari 17 ribu pulau tentu menghadapi konsekuensi dan risiko dari perubahan iklim ini.

Data BMKG menunjukan bahwa selama hampir 40 tahun, dari 1981 hingga 2018, setiap tahun Indonesia mengalami kenaikan suhu sebesar 0,03 derajat centigrade celcius per tahun. Permukaan air juga naik 0,8 hingga 1,2 cm per tahun.

"Kelihatannya memang kecil, tetapi kalau 40 tahun ya berarti 40 cm atau menjadi setengah meter. Dan itu sangat bermasalah karena 65% dari masyarakat Indonesia hidupnya di wilayah pesisir," ujar Sri dalam Indonesia EBTKE ConEx ke-11 secara virtual di Jakarta, Rabu (12/7/2023).

Sri Mulyani mengakui sebagai Menkeu sudah sering mendapatkan banyak kabar, khususnya saat melakukan perjalanan dan tugas kerja ke kotanya, yaitu Semarang.

"Ke luar sedikit ke Demak, di situ selalu keluhannya tanahnya sudah hilang ditelan laut karena rob. Jadi, Indonesia sudah merasakan dan akan menghadapi implikasi yang tidak mudah dan tidak murah akibat perubahan iklim. Emisi gas rumah kaca Indonesia juga cenderung mengalami kenaikan. Setiap tahun menambah 4,3% per tahun, dihitung sejak 2010," terang Sri.

Hal yang menjadi pertanyaan penting selanjutnya perubahan iklim memiliki imbas yang merusak. Di sisi lain, Indonesia sebagai negara masih harus membangun.

Pembangunan itu identik dengan naiknya konsumsi energi. Karena kalau orang membangun, makin sejahtera, yang tadinya tidak punya rumah, bisa punya rumah. Yang tadinya konsumsi listriknya hanya 450 VA menjadi 1.200 VA atau bahkan 2.000 VA, dan kalau itu dilipat gandakan dengan jumlah rumah tangga 78 juta, maka itu akan menjadi jumlah yang sangat besar.

"Sehingga, permintaan energi akan terus meningkat. Dan oleh karena itu, respon dari sisi suplai energi harus dilakukan. Kontradiksinya adalah bagaimana kita bisa melanjutkan memuaskan permintaan yang terus tumbuh dengan suplai energi yang tidak memperburuk gas rumah kaca yang setiap tahunnya sudah meningkat 4,3%," terang Sri.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement