Sebagai bagian partisipasi dalam membangun industri data center yang efisien, adaptif, dan tangguh. Schneider Electric mengatakan ada serangkaian solusi dan layanan untuk data center, termasuk jaringan data center, infrastruktur, keberlanjutan, dan pendinginan.
Schneider Electric juga secara aktif melakukan kerjasama lintas sektor, termasuk dengan pemerintah, swasta, asosiasi, individu, dan media untuk menawarkan berbagai solusi yang dapat membantu mengatasi kekurangan talenta data center.
Saat ini, ekosistem industri data center di Indonesia telah melakukan berbagai kerjasama dalam hal rekrutmen, pelatihan, dan promosi kesempatan bekerja yang luas bagi para talenta data center yang terampil dan bersertifikasi dengan cara yang modern dan pendekatan yang inovatif.
Untuk menjembatani kesenjangan talenta data center, perlu dilakukan beberapa langkah berikut ini:
1. Merangkul gig economy untuk memenuhi kebutuhan talenta teknologi
Gig economy, yang ditandai dengan kontrak jangka pendek atau pekerjaan lepas, saat ini dengan cepat mendapatkan popularitas dan menjadi lebih umum di seluruh dunia.
Di Indonesia, berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik), pekerja lepas telah mencapai 46,47 juta orang atau sekitar 32% dari total angkatan kerja yang mencapai 146,62 juta jiwa pada Februari 2023.
Sementara itu menurut Google, khusus untuk ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan tumbuh sebesar USD 146 miliar pada tahun 2025 yang juga membuka peluang baru untuk gig economy.
Perusahaan data center memiliki kesempatan untuk memanfaatkan kumpulan pekerja lepas yang terus bertambah untuk mengakses berbagai talenta profesional yang mudah beradaptasi dan dengan cepat menjalankan proyek tanpa perlu prosedur perekrutan yang memakan waktu. Selain itu, pekerja lepas dapat dibawa ke dalam tim dalam jangka pendek untuk menangani tugas-tugas non-inti atau mengelola lonjakan permintaan. Fleksibilitas ini memungkinkan perusahaan untuk tetap lincah dan tanggap terhadap perubahan kebutuhan bisnis sekaligus membantu mengendalikan biaya.