2. Inflasi Tinggi
kenaikan inflasi AS pada Juli yang yang mematahkan tren pelandaiannya selama 12 bulan berturut-turut. Tercatat inflasi AS naik menjadi 3,2% (year on year/yoy) pada Juli 2023 atau naik dari periode sebelumnya sebesar 3% yoy.
3. Volume Perdagangan Menurun
Volume perdagangan saat ini menurun lebih tajam, dengan impor yang turun dua kali lipat dibandingkan ekspor di negara Amerika Serikat. Efeknya negara-negara berkembang juga cenderung terkena dampak yang tidak proporsional dalam hal metrik utama lainnya: memburuknya ketersediaan kredit, berkurangnya arus masuk modal, dampak kebijakan moneter yang lebih ketat, dan penurunan pasar saham yang lebih besar.
4. Ada Rencana The Fed Naik
Dikabarkan The Federal Reserve (The Fed) akan memilih naik hal ini memberikan sentimen pada penguatan dolar. Namun, Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% sesuai ekspektasi pasar. Namun, The Fed mengisyaratkan mereka akan tetap hawkish dan membuka kemungkinan kenaikan suku bunga ke depan.
Hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) juga mengindikasikan jika kebijakan moneter yang ketat akan tetap berlanjut hingga 2024 dan akan memangkas suku bunga lebih sedikit dari indikasi sebelumnya.
Demikian alasan kenapa dolar AS menguat.
(Rani Hardjanti)