JAKARTA - Menteri PUPR Basuki Hadimuljono memastikan pembangunan Istana Presiden di Ibu Kota Nusantara (IKN) 100% menggunakan produk dalam negeri. Hal tersebut bertujuan agar pengusaha dalam negeri, terutama produsen produk konstruksi, bisa mendapatkan kue pembangunan atau keuntungan dari adanya pembangunan proyek ibu kota baru.
"Untuk TKDN saya ingin terus mendorongs semangat kita menggunakan TKDN atau produk dalam negeri, Istana Presiden, Kantor Presiden insyaallah 100% interiornya akan memakai produk dalam negeri," ujar Menteri Basuki, Sabtu (4/11/2023).
Menurutnya saat ini bahan baku produk konstruksi sudah banyak yang dihasilkan dari dalam negeri. Sehingga hal tersebut mampu mendukung pemerintah untuk menggunakan produk-produk dalam negeri dalam membangun IKN.
"Saya pengawsa lapangan, jadi lampu-lamlu didesain khusus dari Lombok, handle pintu didesain khusus dari dalam negeri. Jadi semua diusahakan dari produk dalam negeri," sambungnya.
Menteri Basuki menambahkan, pembangunan Gedung Kantor Presiden sudah dibuat langsung oleh desainer dalam negeri, Nyoman Nuarta yang juga mendesain jembatan di ruas Jalan Tol IKN. Pada bagian gedung dilengkapi dengan modul bilah sebanyak 4.650 bilah yang nantinya akan membentuk lambang burung garuda yang menjadi facade dari gedung Kantor Pesiden.
"Jadi saya kira TKDN is a must, harus kita semangati bersama, atau kalau tidak, pabriknya harus ada di Indonesia, kalau belum bisa kita produksi sendiri minimal pabrikannya harus ada di indonesia, ini yang kita dorong supaya jasa konstruksi mampu membuka lapangan kerja kita sendiri," lanjutnya.
Menteri Basuki berharap pembangunan Kantor Presiden di IKN dapat selesai pada Agustus 2024. Hingga minggu ke-52 sejak dimulainya pembangunan pada November 2022, progresnya telah mencapai 52% atau lebih cepat dari rencana sebesar 47%.
Pembangunan Kantor Presiden di bawah tanggung jawab Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Kalimantan Timur dengan kontraktor pelaksana PT PP - Wika KSO. Anggaran pembangunannya bersumber dari APBN senilai 1,56 triliun.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)