JAKARTA - Perputaran uang Pemilu 2024 diperkirakan mencapai Rp300 triliun. Namun hal tersebut tidak menimbulkan dampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini.
Pengamat Ekonomi Bhima Yudhistira menyebut, kontribusi perputaran uang pada pemilu 2024 tidak terlalu berdampak besar pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasalnya, saat ini telah terjadi tren perubahan pola kampanye di Indonesia dengan memanfaatkan visual digital.
Dia menyebutkan, pembelanjaan atribut kampanye pada 2024 tidak semasif pada pemilu 2019 lalu. Hal tersebut dapat dilihat melalui pendapatan percetakan dan UMKM yang tidak terlalu tinggi.
“Pertama, kalau dilihat dari pembelanjaan atribut kampanye tidak semasif 2019. Itu bisa terlihat di percetakan kemudian di UMKM yang biasanya mendapatkan kenaikan pesanan saat pemilu tahun ini tidak terlalu tinggi. Nah, kemudian juga perubahan kampanye di visual digital dibandingkan dengan percetakan. Jadi ada tren perubahan pola kampanye juga yang membuat dampak di percetakan tidak terlalu meningkat,” papar Bhima, Jumat (12/1/2024).
Bhima juga mengatakan, perputaran uang tersebut kepada produk domestik bruto hanya sebesar 0,15% hingga 0,2 %. Meskipun begitu, dia juga menjelaskan dampak positifnya mungkin bisa didapatkan dari tempat-tempat pertemuan, seperti hotel.
“Mungkin ada dampak positif terutama di hotel, ruang-ruang pertemuan itu juga terdorong tapi tidak terlalu besar kontribusinya terhadap total q ekonomi,” kata Bhima.
Selain itu, Bhima juga menambahkan bahwa pemilu berdampak pada investasi langsung yang semakin menurun. Namun, hal tersebut diproyeksi akan pulih kembali setelah pemilu tersebut berakhir.
“Karena dampak pemilu di satu sisi belanjanya ada tapi sisi yang lain investor justru menahan diri karena mereka biasanya di tahun pemilu tuh investasi langsungnya memang melambat. Baru setelah pemilu terjadi kenaikan lagi investasi langsung trennya memang selalu begitu selama siklus 5 tahun pemilu,” imbuhnya.