JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan, bantuan pangan beras dihentikan sampai rampungnya proses pencoblosan Pemilu 2024 pada 14 Februari mendatang.
Arief mengatakan bantuan pangan beras dari Pemerintah kembali disalurkan mulai 15 Februari mendatang atau setelah hari pencoblosan rampung dilaksanakan. Namun demikian, bantuan-bantuan program lain masih tetap ada yang dilanjutkan.
"Sesuai arahan Bapak Presiden memang disampaikan kita harus hargai proses Pemilu sehingga diputuskan untuk menghentikan sementara penyaluran bantuan pangan beras ini," ujar Arief dalam keterangan resminya, Jumat (9/2/2024).
Adapun bantuan pangan beras merupakan salah satu upaya intervensi pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat khususnya masyarakat berpendapatan rendah. Upaya ini berkorelasi dalam menjaga stabilitas inflasi. Upaya lainnya yang dilakukan pemerintah adalah menggencarkan Gerakan Pangan Murah (GPM).
"Tapi khusus program lain selain bantuan pangan pemerintah tetap berjalan untuk kebutuhan masyarakat luas. Pengiriman beras ke pasar tradisional, modern market outlets, Pasar Induk Beras Cipinang, tetap harus," sambungnya.
Dengan menggandeng pemerintah daerah, operasi pasar murah melalui GPM terus menerus diadakan. Dari permulaan tahun ini sampai 31 Januari 2024, GPM telah dilaksanakan sebanyak 429 kali yang tersebar luas di 31 provinsi dan 85 kabupaten/kota.
Kemudian khusus untuk bulan Februari 2024, GPM dijadwalkan akan digelar sebanyak 200 kali dengan dengan gelontoran beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke semua lini pasar sebanyak 200 ribu ton tiap bulannya.
Pada kesempatan yang berbeda, Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menyinggung dua hal yang menjadi penyebab harga beras di pasar melonjak. Yaitu sisi supply dan distribusi.
Dari sisi suply, Esther menilai faktor produksi dan ketersediaan stok beras Pemerintah menjadi peranan penting untuk menjaga stabilisasi harga beras. Namun bukan cuma itu, faktor pendistribusian beras juga banyak berkontribusi dalam kenaikan harga beras. Sehingga distribusi yang macet, praktis mengerek harga beras di pasar.
"Kalau suplynya itu cukup tetapi ada kendala di distribusi, itu juga problem, distribusi atau misalnya BBM naik, biaya transportasi naik dan lain sebagainya, itu berpotensi menaikan harga beras. kalau ini dikendalikan, maka saya yakin stabilitas harga beras akan terjadi," kata Esther dalam Forum Group Discussion di Jakarta, Jumat (9/2)
(Feby Novalius)