JAKARTA - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mengantongi laba bersih senilai USD1,64 miliar pada 2023. Realisasi itu setara Rp25,34 triliun (kurs JISDOR BI 29 Desember 2023 mencapai Rp15.429 per 1 USD).
Perolehan tersebut turun 34,16% year-on-year (yoy) dibandingkan tahun 2022 senilai USD2,49 miliar. Alhasil, laba bersih per saham dasar ADRO melandai di angka USD0,05309, dari semula USD0,08032 per saham.
Kondisi ini sejalan dengan penurunan pendapatan usaha sebesar 19,5% yoy menjadi USD6,51 miliar, dari sebelumnya USDD8,10 miliar. Ini disebabkan penurunan penjualan ekspor batu bara yang hanya menyerap USD5,28 miliar, dari semula USD6,94 miliar.
Sementara itu pasokan batu bara untuk kebutuhan dalam negeri masih terjaga di angka USD825 juta, demikian dikutip dari keterbukaan informasi, Jumat (1/3/2024).
Saat pendapatan turun, beban pokok ADRO justru membengkak, yang sebagian besar berasal dari kenaikan ongkos royalty menjadi USD1,46 miliar, dari semula USD1,23 miliar.
Sehingga margin laba kotor yang dicapai tahun 2023 terpaut lebih rendah dari posisi sebelumnya, tersisa USD2,5 miliar, dengan laba sebelum pajak senilai USD2,29 miliar.
Balance sheet ADRO akhir 2023 menunjukkan total aset terpangkas tipis di level USD10,4 miliar. Ini sejalan dengna penurunan jumlah kewajiban utang atau liabilitas sebesar 27,9% yoy mencapai USD3,06 miliar.
Modal bersih atau ekuitas naik 13,5% yoy mencapai USD7,40 miliar, sedangkan kas dan setara kas tersisa USD3,31 miliar, dari awal tahun yang mencapai USD4,06 miliar. Ini terjadi akibat sejumlah pengeluaran atas aktivitas pendanaan, salah satunya pembagian dividen kepada pemegang saham.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)