Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

6 Fakta Suku Bunga BI Naik tapi Rupiah Masih Rp16.000 per USD

Saskia Adelina Ananda , Jurnalis-Minggu, 28 April 2024 |03:16 WIB
6 Fakta Suku Bunga BI Naik tapi Rupiah Masih Rp16.000 per USD
Fakta Suku Bunga Acuan Bank Indonesia (Foto: BI)
A
A
A

JAKARTA – Nilai tukar uang rupiah melemah di hadapan dollar Amerika Serikat membuat Bank Indonesia (BI) menaikan suku acuan sebesar 25 bps menjadi 6,25%.

Rupiah semakin lama tertekan oleh dolar Amerika Serikat (AS) hingga level Rp16.000 per USD. Bahkan melemahnya uang rupiah sebesar 0,88% dan selama sebulan hampir 3%.

Dikutip Okezone, Minggu (28/4/2024) berikut fakta-faktanya:

1. Inflasi AS yang tinggi

Fokus pasar kini tertuju pada data ekonomi AS yang akan datang, yang berpotensi memberikan lebih banyak petunjuk mengenai suku bunga. Data produk domestik bruto kuartal pertama akan dirilis pada hari Kamis, sementara data indeks harga PCE alat pengukur inflasi pilihan The Fed akan dirilis pada hari Jumat.

2. Memperkuat stabilitas rupiah

Keputusan menaikkan suku bunga untuk memperkuat stabilitas rupiah dari kemungkinan memburuknya risiko global serta langkah pre-emptive dan forward looking.

3. RDG BI menaikkan suku bunga Deposit Facility

Selain memutuskan untuk menaikkan BI-Rate, RDG BI juga menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 7,00%.

4. Suku bunga acuan

Chief Investment Officer MNC Asset Management Ipan Samuel Hutabarat mengatakan, keputusan hasil RDG BI untuk menaikkan suku bunga acuan berada sedikit di atas ekspektasi pasar. Namun dengan menaikkan suku bunga acuan tersebut adalah bentuk mitigasi dari BI untuk menghadapi gejolak global.

“Keputusan BI untuk menaikkan suku bunga acuan memang sedikit berada di atas ekspektasi pasar, namun hal ini memang sebagai langkah mitigasi yang tepat dalam menghadapi gejolak global, karena jika tidak dinaikkan maka akan mengganggu stabilitas ekonomi," katanya.

5. Eskalasi politik antara Iran dan Israel

Eskalasi politik antara Iran dan Israel juga menjadi faktor pemicu pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, kondisi ini mengakibatkan terjadinya capital outflow yang cukup besar di Indonesia.

“Eskalasi politik Iran dan Israel adalah salah satu pemicu utama terdepresiasinya rupiah beberapa hari ini,” jelas Ipan.

6. Cadangan devisa yang turun

Menurut Pengamat Pasar Uang Ibrahim Assuaibi, penyebabnya adalah cadangan devisa yang turun dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Selain itu, Ibrahim mengatakan bahwa kekhawatiran akan memburuknya konflik di Timur Tengah, ketika Iran mengancam akan melakukan tindakan militer terhadap Israel, membuat selera risiko sebagian besar tetap lemah. Volume perdagangan regional juga melemah karena libur pasar Tiongkok.

(Taufik Fajar)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement