Selain itu, pasar gelisah terhadap Tiongkok setelah pengembang properti besar lainnya, dalam hal ini Agile Group Holdings Ltd gagal membayar obligasinya. Gagal bayar ini sebagian besar mengimbangi optimisme atas membaiknya inflasi di Tiongkok, serta pengumuman Beijing baru-baru ini mengenai rencana penerbitan obligasi besar-besaran senilai 1 triliun yuan (USD138 miliar).
Kemerosotan pasar properti yang berkepanjangan telah menjadi titik tekanan utama terhadap perekonomian Tiongkok, meskipun ada upaya berulang kali dari Beijing untuk mendukung sektor ini. Sejumlah kota besar di Tiongkok telah melonggarkan pembatasan pembelian rumah dalam dua minggu terakhir.
Dari sentimen domestik, surplus neraca perdagangan Indonesia pada April 2024 diperkirakan menyusut dibandingkan dengan capaian surplus pada bulan sebelumnya, berada di kisaran USD3,5 miliar hingga USD4 miliar. Penyebabnya memperkirakan kinerja baik ekspor maupun impor akan mengalami penurunan pada April 2024.
Surplus yang menyusut terutama dipengaruhi oleh ketidakpastian perekonomian di global, juga hari kerja yang lebih pendek di dalam negeri karena adanya libur Lebaran. Lebih lanjut, penyusutan surplus juga akan dipengaruhi oleh penurunan nilai ekspor yang lebih besar dibandingkan impor.
Berdasarkan data diatas, mata uang rupiah untuk perdagangan selanjutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup melemah di rentang Rp16.090 - Rp16.150.
(Taufik Fajar)