Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Dirut BRI Buka Suara soal Usulan Jokowi Perpanjang Restrukturisasi Kredit Terdampak Covid-19

Anggie Ariesta , Jurnalis-Kamis, 25 Juli 2024 |12:24 WIB
Dirut BRI Buka Suara soal Usulan Jokowi Perpanjang Restrukturisasi Kredit Terdampak Covid-19
Dirut BRI soal Rencana Perpanjangan Restrukturisasi Kredit (Foto: BRI)
A
A
A

JAKARTA - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau (BBRI) atau BRI Sunarso angkat bicara soal rencana pemerintah perpanjang kebijakan restrukturisasi kredit yang terdampak Covid-19 hingga 2025. Alasannya, untuk mengurangi beban perbankan mencadangkan kerugian akibat kredit usaha rakyat (KUR).

"Tapi seandainya tidak diperpanjang pun, BRI lebih prepare menyiapkan cadangannya apabila terjadi pemburukan kualitas kredit, terutama di segmen UMKM. Saya kira itu yang paling penting," kata Sunarso dalam press conference kinerja keuangan Triwulan II 2024 di Jakarta, Kamis (25/7/2024).

Adapun jika memang rencana ini dituangkan dalam bentuk peraturan, maka BRI akan mematuhi. Tetapi seandainya tidak ada aturan, maka BRI akan fokus bagaimana mengatasi kredit bermasalah itu melalui dua hal yakni pencadangan dan restrukturisasi kredit secara komersial.

BRI sebagai salah satu bank yang fokus pada pembiayaan UMKM telah menjalankan strategi untuk mengatasi lonjakan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) karena berakhirnya kebijakan restrukturisasi kredit terdampak Covid-19.

Sunarso mengatakan, jauh sebelum kebijakan restrukturisasi kredit berakhir, BRI sudah menyiapkan diri seandainya kebijakan tersebut tidak diperpanjang.

"Jauh sebelum itu, BRI sudah sangat menyiapkan diri seandainya nanti itu tidak diperpanjang. Oleh karena itu, yang paling penting adalah kita menyiapkan segala macam bantalan yang kita sebut cadangan, terutama mengalokasikan biaya untuk penyadangan, itu sudah kita lakukan dengan baik," ungkap Sunarso

Strategi yang ditempuh oleh BRI dengan melakukan pencadangan dan restrukturisasi kredit-kredit yang bermasalah.

Hingga periode semester I 2024, BRI mencatat NPL secara bank only naik 10 basis poin (bps) secara tahunan menjadi 3,21 persen. Secara rinci, segmen kecil dan mikro menjadi yang paling tinggi kenaikannya masing-masing 76 bps dan 72 bps menjadi 5,05 persen dan 2,95 persen.

Sementara itu, BRI terbantu dengan membaiknya kualitas kredit untuk segmen korporasi. Sebab, ada perbaikan NPL korporasi yang cukup signifikan dari 4,83 persen menjadi sekitar 3,07 persen.

"Bahwa sekarang itu sudah jalan, dan ternyata memang kenyataannya di pasar, di lapangan terkait dengan mikro, sebenarnya masih banyak tantangan terutama masih tingginya NPL. Dan kemudian sekarang ada rencana bahwa pemerintah akan memperpanjang masa relaksasi itu," kata Sunarso.

Perlu diketahui, hingga kuartal II BRI menyalurkan kredit Rp1.336,78 triliun atau tumbuh 11,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun tahun.

Adapun rasio loan at risk (LAR) turun dari 14,94 persen menjadi 12 persen yang menunjukkan kualitas kredit yang disalurkan terjaga dengan baik.

Sementara itu, rasio kredit bermasalah atau NPL non-performing loan terjaga, termanage di kisaran 3,05 persen dengan rasio coverage-nya.

"NPL coverage berada di level yang lebih dari sekedar memadai yaitu 211,6 persen coverage-nya. Jadi NPL BRI di cover cadangan lebih dari 2 kali lipat," kata Sunarso.

Sebagai bank yang portfolio terbesarnya di segmen UMKM, imbuh Sunarso, NPL di kisaran 3 persen ini menunjukkan bahwa BRI mampu menjaga kualitas kreditnya dengan baik melalui penerapan prinsip-prinsip risk management yang baik.

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement