JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan sudah mendengar cerita Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat ditekan banyak pihak, akibat kebijakan larangan ekspor bijih nikel atau nikel ore. Hal tersebut disampaikan Kepala Negara belum lama ini.
Luhut menyebut, larangan ekspor nikel ore pertama kali disampaikan Presiden di penghujung 2019 silam, manakala melakukan pertemuan dengan Menko Marves di Istana Negara.
Namun soal pihak tertentu yang mengekang baru disampaikan Jokowi kepada Luhut belum lama ini. Adapun, tujuan dari aksi mengekang agar Indonesia tetap mensuplai bijih nikel ke negara mitra.
“Saya sebenarnya juga dengar ceritanya Seto jadi meng-trigger kepada pertemuan kami dengan Pak Jokowi mengenai pelarangan (ekspor) nikel ore di belakang Istana itu, itu sempat, saya kira dua minggu, ya lebih lah 10 hari lah gitu,” ujar Luhut melalui video pendek, dikutip Jumat (9/8/2024).
“Pak Jokowi bilang pertama iya, terus kemudian kok saya lihat agak gimana, baru kemarin beliau cerita banyak sekali tekanan-tekanan pada pak Jokowi untuk tidak melarang ekspor,” paparnya.
Namun Presiden tetap teguh hati alis tetap pada pendiriannya, seakan Jokowi melihat ada sesuatu yang amat berharga untuk bangsa ini, menanti di masa depan, ketika Indonesia tak lagi mengirimkan bahan baku ke luar negeri.
Bahkan, sekalipun Indonesia berpotensi kehilangan USD1,5 miliar dari hasil ekspor bijih nikel, imbas regulasi larangan ekspor.
“Tapi akhirnya beliau memutuskan karena saya sampaikan juga memang kita kehilangan USD1 miliar sampai USD1,5 miliar pak, tapi over years atau satu tahun atau beberapa tahun ke depan kita pasti banyak dan itu menjadi satu landasan industri kita ke depan,” tutur dia.
“Dan saya senang sekali melihat pak Jokowi, komandan saya akhirnya memutuskan kita larang,” ucap Luhut.
(Feby Novalius)