JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) buka suara soal proyeksi dividen payout ratio untuk tahun depan. Hal itu mengingat Kementerian Badan Usaha Milik Negara juga meningkatkan target setoran dividen dari perusahaan BUMN.
Direktur Utama BRI Sunarso menegaskan bahwa karena modal perseroan yang sudah kuat, berapapun laba BRI akan layak dibagi dalam bentuk dividen.
"Maka dengan demikian saya sebagai CEO yakin bahwa sampai 5 tahun ke depan, berapapun laba BRI layak dibagi dalam bentuk dividen. Karena apa? Karena memang tidak dibutuhkan untuk menahan laba untuk memperkuat modal," kata Sunarso dalam konferensi pers Public Expose Live 2024, Kamis (29/8/2024).
Adapun persetujuan pembagian dividen, lanjut Sunarso tergantung kepada persetujuan dari otoritas, seperti Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan, atau OJK.
"Demikian, saya ulangi lagi bahwa dividend payout ratio pasti di level yang tinggi, karena itu tidak masalah bagi permodalan BRI," ungkap Sunarso.
Terkait modal, melalui inisiatif right issue dalam rangka pembentukan holding ultra mikro tahun 2021, maka BRI dapat tambahan modal yang begitu besar dari investor, dari pemegang saham publik. Saat itu, pemegang saham publik menyetor kepada BRI Rp41 triliun.
Dengan demikian modal BRI sangat kuat, dimana CAR-nya sampai hari ini sekitar di tier I adalah 24 persen.
"Sedangkan kalau kita mau tumbuh, asumsi katakanlah 2 persen saja untuk tumbuh setiap tahun, maka kita jaga di CAR minimumnya katakanlah sudah sangat prudent itu 17,5 persen," ujarnya.
Perlu diketahui, dengan pertumbuhan yang selektif dan prudent, BRI secara konsolidasian berhasil mencetak laba Rp29,90 triliun hingga akhir Kuartal II 2024.
Pencapaian tersebut tak lepas dari penyaluran kredit BRI yang mencapai Rp1.336,78 triliun atau tumbuh 11,20 persen year on year (yoy).
Segmen UMKM masih mendominasi penyaluran kredit BRI, dengan porsi mencapai 81,96 persen dari total penyaluran kredit BRI, atau sekitar Rp1.095,64 triliun.
Penyaluran kredit yang tumbuh double digit tersebut membuat aset BRI tercatat meningkat 9,54 persen yoy menjadi sebesar Rp1.977,37 triliun.
(Taufik Fajar)