JAKARTA - PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah (UIP JBT) menargetkan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jatigede berkapasitas (2x55 MW) dapat beroperasi secara commercial operation date (COD) pada akhir 2024.
Setelah resmi dioperasikan, proyek ini pun diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mendukung keandalan sistem kelistrikan Interkoneksi Jawa-Bali.
Manager PLN Unit Pelaksana Proyek Jawa Bagian Tengah 2 Husni Wardana mengungkapkan, untuk saat ini pihaknya hanya tinggal melengkapi proses administrasi.
"Jadi kalau target COD kita upayakan di tahun ini karena kita tinggal melengkapi administrasi-administrasi saja nanti kalau sudah komplit semuanya kita akan COD," ungkap Manager PLN Unit Pelaksana Proyek Jawa Bagian Tengah 2 Husni Wardana ketika ditemui dalam acara media visit PLTA Jatigede (2X55 MW), Sumedang dikutip, Rabu (4/9/2024).
Husni menambahkan, untuk saat ini posisi debit air dalam posisi cukup. Sebagaimana diketahui, proyek PLTA sangat bergantung pada jumlah debit air.
"Untuk debit air saat ini memang kondisinya cukup dari teman-teman PU juga cukup. Jadi disesuaikan dengan kondisi musim sebenarnya, kalau musim kemarau mungkin operasionalnya karena dibagi dengan irigasi, diutamakan dengan irigasi, itu kita akan koordinasikan dengan teman-teman PU," tutur Husni.
"Dan itu pun kita sudah nantinya setelah beroperasi itu, kita rencanakan rencana operasi tahunan di sini. Jadi sudah secara setahun itu sudah direncanakan untuk membagikan debitnya," imbuhnya.
Husni menambahkan, untuk operasi di PLTA saat ini ketinggian air berada di angka 73 meter kubik per detik dan dipertahankan pada angka tersebut untuk operasi keseluruhan. Namun, hal ini tetap bergantung dengan adanya debit air dari waduk sendiri.
"Jadi nanti kita sesuaikan untuk operasi daya yang bisa dikeluarkan. (Saat ini) kita kan masih tahap awal jadi kita belum tahu di musim kemarau nanti pembagiannya kayak gimana, cuman nanti selalu kita koordinasikan," pungkasnya.
Sebagai informasi, proyek PLTA Jatigede ini juga telah berhasil mendapatkan Sertifikat Laik Operasi (SLO). Hal ini pun menandai kesuksesan BUMN Kelistrikan dalam menambah pembangkit energi baru terbarukan di Indonesia.
(Taufik Fajar)