Anyaman lontar dikatakannya telah membuat sekelompok besar perempuan di Kabupaten Flores Timur ditinggikan derajat ekonominya dan tidak bisa lagi dipandang sebelah mata secara sosial.
"Dengan memanfaatkan keterampilan turun-temurun menganyam daun lontar, kami tidak hanya menciptakan produk bernilai, tetapi juga memberikan kemampuan dan kesempatan bagi perempuan untuk dapat mengambil keputusan sendiri, menjadi pemimpin bahkan merencanakan masa depan diri dan anak-anak kami," kata Keraf.
Produk anyaman lontar dari NTT hingga kini telah merambah ke 52 negara di sejumlah benua, dari Asia hingga Amerika dan Eropa. Pihak Du Anyam menargetkan penjualan sedikitnya mencapai 450.000 produk hingga tahun 2028.
Du Anyam tetap berpegang teguh pada komitmennya terhadap nilai-nilai penting, seperti pemberdayaan perempuan, sustainabilitas atau keberlanjutan, dan orientasi pelestarian budaya.
"Kami berkomitmen untuk terus berinvestasi dalam pengembangan keterampilan para penganyam, memperluas pasar, dan berinovasi dalam produk-produk kami. Ke depan, kami akan terus berupaya untuk berkontribusi pada ekonomi hijau yang berkelanjutan,” ucapnya.
(Feby Novalius)