“Karena dari perusahaan pembiayaan itu setiap kita bertransaksi di aplikasi harus jadi kontrak, beli token misalnya Rp100.000 harus kontrak, belum lagi travel Rp2 juta itu kontrak sendiri, jadi memang kenapa kita 82 persennya besar kontraknya? itu memang dari yang pembiayaan yang kecil-kecil itu,” paparnya.
Layanan BNPL memang jadi tren utama di kalangan anak muda, di mana 67 persen pengguna fintech sering memanfaatkan layanan ini, dengan alasan keterbatasan dana tunai serta penawaran promosi khusus.
Durasi cicilan yang populer adalah antara satu hingga tiga bulan, mencerminkan keinginan untuk menyelesaikan utang lebih cepat. Namun, tantangan seperti literasi keuangan dan risiko penggunaan yang berlebihan tetap ada.
Dia menyebut, hanya 32 persen Gen Z yang memahami secara baik definisi bank digital dan sebagian besar informasi terkait layanan ini diperoleh melalui media sosial dan keluarga.
Namun, dengan pertumbuhan BNPL yang cepat, terdapat kekhawatiran mengenai potensi risiko keuangan.
(Taufik Fajar)