3. Pendapatan Negara
Selain itu, pendapatan negara juga bersumber dari Bea Cukai tumbuh 4,9 persen atau Rp300,2 triliun yang dipengaruhi kinerja ekspor-impor dan terjadi fenomena downtrading.
"Cerita yang sama dengan bea cukai kita tutup dengan 300,2 triliun, ini juga tumbuh lebih tinggi dari tahun lalu 286,3 jadi tumbuhnya 4,9 persen, lebih baik dari yang kita prediksikan di awal tahun 296,5 triliun meskipun di bawah target APBN awal," ungkap Menkeu.
4. Penerimaan Negara Bukan Pajak
Terakhir ada Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tahun 2024 mencapai Rp579,5 triliun (117 persen) melebihi target APBN.
"PNBP terjaga baik realisasi tercapai 579,5 triliun, ini jauh melampaui laporan semester 549,1 dan lebih jauh lagi apbn awal 492 triliun," katanya.
Dengan demikian, Sri Mulyani menilai tiga pendapatan negara tersebut masih terjaga atau tumbuh dibandingkan tahun 2023.
"Jadi ini tiga pendapatan negara kita dalam situasi yang begitu rentan, begitu tidak pasti bertubi-tubi masih terjaga sehingga pendapatan 2.842 triliun itu artinya kita masih tumbuh dibandingkan tahun 2023 yang 2.783,9 triliun," ujarnya.
Sebelumnya, Sri Mulyani mengumumkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 defisit sebesar Rp507,8 triliun atau 2,29 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
Adapun defisit terjadi karena belanja negara tumbuh 7,3 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp3.350,3 triliun (100,8 persen). Sementara penerimaan negara tumbuh 2,1 persen yoy menjadi Rp2.842,5 triliun (101,4 persen).
Defisit ditutup dengan pembiayaan anggaran yang sebesar Rp553,2 triliun. Keseimbangan primer defisit Rp19,4 triliun.
(Taufik Fajar)