“Semua proses bisnis terlihat sehingga operasionalnya selalu terjaga. Bahkan pada sisi distribusi, kami dapat mengolah sekitar 15 juta data transaksi BBM subsidi per hari dan dengan digitalisasi maka pengolahan data bisa tepat sasaran,” tutur Fadjar.
Dengan pengelolaan bisnis yang lebih efisien, Fadjar menambahkan, digitalisasi menjadi kunci utama dalam mendorong tercapainya swasembada energi secara nasional. Terlebih, infrastruktur distribusi Pertamina berada di seluruh Indonesia hingga ke pelosok wilayah mencapai lebih dari 15.000 titik, seperti terminal BBM, LPG dan Avtur, jaringan penjualan BBM dan LPG seperti SPBU, Agen dan Pangkalan LPG, hingga titik distribusi terjauh yakni BBM Satu Harga, Pertashop, maupun One Village One Outlet (OVOO) sebagai outlet penjual LPG di setiap desa.
“Pertamina memiliki sistem distribusi, jaringan infrastruktur dan teknologi di seluruh wilayah Indonesia yang semuanya dikendalikan secara digital. Dengan implementasi digital, kami senantiasa dapat melayani seluruh masyarakat Indonesia dengan lebih cepat dan tepat,” ucap Fadjar.