JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 2,12 persen atau turun 148,69 poin ke level 6.875 pada penutupan perdagangan hari ini, Kamis (6/2/2025).
Sepanjang perdagangan hari ini, total volume saham yang diperdagangkan sebanyak 20,27 miliar saham dengan nilai transaksi mencapai Rp13,74 triliun, dan ditransaksikan sebanyak 1,43 juta kali. Adapun, sebanyak 428 saham harganya terkoreksi, 176 saham harganya naik dan 196 saham lainnya stagnan.
Sektor bahan baku terkoreksi 2,43 persen, sektor keuangan turun 2,24 persen, sektor industri turun 2,14 persen, sektor transportasi turun 1,99 persen, sektor properti turun 1,89 persen, sektor infrastruktur turun 1,39 persen, sektor energi turun 1,26 persen, sektor non siklikal turun 0,48 persen, sektor teknologi turun 0,05 persen dan sektor siklikal turun 0,02 persen. Sedangkan sektor kesehatan menjadi satu-satunya sektor yang naik sebesar 1,13 persen.
Adapun, tiga saham yang menempati posisi top gainers yaitu PT Bukit Uluwatu Tbk (BUVA) naik 33,80 persen ke Rp95, PT Artha Mahiya Investama Tbk (AIMS) naik 24,60 persen ke Rp466 dan PT Steady Safe Tbk (SAFE) naik 24,50 persen ke Rp376.
Sedangkan, tiga saham yang menempati posisi top losers yaitu PT Nusantara Almazia Tbk (NZIA) turun 15,00 persen ke Rp68, PT Langgeng Makmur Industri Tbk (LMPI) turun 10,62 persen ke Rp143 dan PT Delta Giri Wacana Tbk (DGWG) turun 10,42 persen ke Rp430.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menduduki peringkat pertama saham terlaris dengan nilai transaksi menyentuh Rp3,31 triliun. Kemudian PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan transaksi Rp1,53 triliun dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan transaksi Rp1,52 triliun.
Penyebab IHSG Anjlok
Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata mengatakan, kejatuhan indeks didorong oleh kombinasi sentimen negatif dari pasar regional dan global, terutama pengaruh dari kebijakan tarif serta ketidakpastian ekonomi dunia.
Salah satu faktor utama yang memengaruhi pergerakan IHSG adalah kebijakan tarif yang diberlakukan oleh Presiden AS, Donald Trump kepada Kanada, Meksiko, dan Cina. Namun, adanya penundaan penerapan tarif bagi Kanada dan Meksiko menimbulkan spekulasi terkait dampaknya terhadap kebijakan suku bunga The Fed.
“Makro kita juga terpeleset dari asumsi tahun 2024. Laporan keuangan yang muncul, perbankan yang sudah rilis kinerja juga performancenya agak kurang menggembirakan,” kata Liza dalam 2nd Session Closing IDX Channel.
Liza menyampaikan, tekanan jual yang semakin kuat membuat IHSG akhirnya tidak mampu bertahan di level psikologis 7.000. Dengan kondisi ini, IHSG berpotensi menguji level terendah tahun lalu di kisaran 6.700 hingga 6.650 jika tekanan jual terus berlanjut.
“Overall kita masih mengalami naik turun sejak peak September dan masih akan berlanjut pelemahannya karena penembusan dalam hari ini,” ujar Liza.
(Dani Jumadil Akhir)