JAKARTA - Industri kakao Indonesia memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional, namun menghadapi tantangan signifikan yang memerlukan perhatian serius. Data International Cocoa Organization (ICCO) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi biji kakao Indonesia terus mengalami penurunan sejak tahun 2010.
Penurunan produksi kakao nasional ini disebabkan beberapa faktor seperti produktivitas kakao yang rendah karena penggunaan bibit asalan yang tidak berkualitas, serangan hama penyakit, perubahan iklim global yang cukup ekstrem, hingga alih fungsi lahan.
Pemerintah melalui Project Management Office (PMO) Kopi Nusantara yang pada akhir November 2024 oleh Menteri BUMN Erick Thohir ditugaskan juga untuk mendukung pengembangan komoditas kakao secara nasional. Peningkatan ini melalui Center of Excellence Kakao Indonesia di Kebun Kendenglembu, Banyuwangi yang bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) dan PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I)
Pusat ini akan berfungsi sebagai pusat penelitian, pelatihan, dan pengembangan teknologi budidaya kakao yang produktif dan berkelanjutan. Program-program utama yang akan dijalankan meliputi:
1. Pengembangan Varietas Unggul: Meneliti dan mengembangkan varietas kakao berkualitas tinggi yang tahan terhadap hama dan penyakit serta memiliki produktivitas tinggi.
2. Peningkatan Kapasitas Petani: Memberikan pelatihan dan pendampingan kepada petani mengenai teknik budidaya terbaik, fermentasi, dan pasca panen untuk meningkatkan kualitas biji kakao.
3. Penguatan Kemitraan Industri: Membangun kerja sama dengan pelaku industri, eksportir, dan peritel guna memastikan rantai pasok yang terintegrasi dan
menguntungkan bagi petani.
4. Riset dan Inovasi Teknologi: Mengembangkan praktik agronomi berbasis teknologi, termasuk sistem agroforestri dan pertanian regeneratif untuk meningkatkan keberlanjutan produksi kakao di Indonesia.
Saat ini, luas total Kebun Kendenglembu, Banyuwangi adalah 220,3 ha. Kebun Kendenglembu mengusung konsep budidaya regenerative agriculture baik untuk kakao
edel maupun kakao bulk. Kebun Kendenglembu telah lama dikenal sebagai kebun penghasil kakao edel terbaik di Indonesia, sehingga center of excellence diseminatif ini
tetap mengusung kakao edel dalam strategi pengembangannya.
Beberapa area pengembangan diseminatif, di antaranya adalah area poliklonal, area water management system (irigasi basis gravitasi dan intensif GAP), area non rekayasa pengelolaan air namun intensif GAP, area uji adaptabilitas kesesuaian lahan edel vs bulk dan area uji penaung multistrata untuk mendukung pendekatan agroforestri.