Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

RI Dibanjiri Baja Impor, Nasib Industri Lokal Jadi Sorotan!

Feby Novalius , Jurnalis-Kamis, 13 Maret 2025 |14:05 WIB
RI Dibanjiri Baja Impor, Nasib Industri Lokal Jadi Sorotan!
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor besi dan baja cenderung meningkat sejak 2020. (Foto: Okezone.com)
A
A
A

JAKARTA – Komisi VI DPR RI menyoroti perkembangan industri baja nasional. Pasalnya berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor besi dan baja cenderung meningkat sejak 2020 di mana total impor dari berbagai negara mencapai 11,4 juta ton, di 2021 meningkat menjadi total 13,0 juta ton, kemudian meningkat menjadi 14,1 juta ton pada 2022 dan sedikit menurun pada 2023 menjadi sebesar 13,8 juta ton.

1. Impor Baja Meningkat

Terkait peningkatan impor ini, Ketua Komisi VI DPR RI Eko Hendro Purnomo menegaskan bahwa Indonesia harus dapat menguatkan proteksinya. DPR pun mendukung restrukturisasi dan transformasi Krakatau Steel untuk peningkatan kinerja dan berkontribusi dalam kemajuan industri baja nasional.

 “Dalam 10 tahun ke depan, negara kita sedang membangun, kebutuhan bajanya sangat banyak, seharusnya ini menjadi peluang bagi industri baja nasional. Dukungan dari pemerintah dan terutama Himbara juga harus berperan dalam menyokong industri baja. Industri baja nasional harus mendapatkan perlindungan, bukan hanya business to business, tapi juga government to government,” ujar Eko, Kamis (13/3/2025).

2. Respons Industri dengan Meroketnya Impor Baja

Menyikapi tantangan global dan peningkatan impor yang cenderung meningkat di Indonesia, Direktur Utama Krakatau Steel Muhamad Akbar Djohan menyatakan, Krakatau Steel terus optimistis karena Indonesia memiliki potensi pertumbuhan konsumsi baja hingga 4,6% per tahun.

“Permintaan baja di Indonesia terus mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan sektor konstruksi, infrastruktur, dan manufaktur. Pemerintah Indonesia juga telah menggulirkan berbagai proyek infrastruktur berskala besar, seperti pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), jalan tol, jembatan, serta proyek transportasi massal yang semakin meningkatkan kebutuhan baja nasional,” tambah Akbar Djohan.

3. Penggunaan Baja Lokal

Berdasarkan data dari Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA), konsumsi baja nasional (Apparent Steel Consumption-ASC) senantiasa tumbuh. Selepas pandemi Covid-19, konsumsi baja nasional di tahun 2020 sebesar 15,0 juta ton dan meningkat di tahun 2021 menjadi 15,5 juta ton. Pada tahun 2022 meningkat lagi menjadi 16,6 juta ton, dan pada tahun 2023 meningkat menjadi 17,4 juta ton. Tahun 2024 kemarin diperkirakan mencapai 18,3 juta ton.

 

“Krakatau Steel Group bersama afiliasi dan joint venture di Cilegon merencanakan pengembangan Klaster Baja Cilegon 10 juta ton dengan nilai investasi mencapai Rp150 triliun. Sehingga kami dapat berfokus pada pemenuhan kebutuhan baja nasional,” ujar Akbar Djohan.

4. Impor Baja Harus Ditekan

Krakatau Steel mengajukan usulan menjadi penugasan Pusat Logistik Baja untuk perbaikan Tata Niaga Impor Baja sehingga dapat memastikan pemenuhan kebutuhan baja untuk proyek nasional, memastikan impor tidak berdampak negatif pada industri baja nasional, mengendalikan praktik perdagangan tidak adil (dumping, subsidi, non-standard, circumvention), serta memastikan ketersediaan bahan baku dan skala ekonomis produksi baja bagi Krakatau Steel Group.

“Saat ini kami pun terus melanjutkan restrukturisasi untuk perbaikan kinerja guna menciptakan fondasi bagi pertumbuhan berkelanjutan serta mengembangkan industrialisasi dan hilirisasi. Dengan perbaikan kinerja dan dengan dukungan dari pemerintah dalam proteksi industri baja dalam negeri, maka Krakatau Steel dan para pelaku industri baja lainnya dapat mewujudkan ketahanan dan kemandirian industri baja nasional,” pungkas Akbar Djohan.

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement