Pernyataan Trump yang kini lebih “lembut” menimbulkan pertanyaan baru: apakah ini awal dari perdamaian dagang atau hanya bagian dari taktik politik? Trump dikenal lihai memainkan narasi untuk kepentingan politik domestik. Dalam banyak kasus, ia menggunakan konflik eksternal sebagai cara untuk menggalang dukungan di dalam negeri, tapi saat ini, ia justru menyuarakan harmoni.
Apalagi, China sendiri tidak menunjukkan tanda-tanda ingin mundur dari posisi tawar kuat mereka. Di saat Trump melunak, China justru memperkuat kebijakan proteksionis dan menekan dominasi teknologi lokal.
Tidak bisa dipungkiri, ucapan Trump muncul di tengah dinamika politik AS yang mulai memanas menjelang pemilu. Nada damai ini bisa dibaca sebagai sinyal kepada pelaku pasar dan pemilih moderat bahwa ia masih mampu menjaga stabilitas global jika kembali berkuasa. Di sisi lain, bisa juga ini adalah langkah taktis untuk menenangkan hubungan dagang demi memperbaiki iklim ekonomi yang belakangan lesu.
Apakah ini benar-benar akhir dari drama panjang perang tarif AS dan China, atau hanya skenario baru yang sedang dimainkan? Meski ucapan Trump terdengar damai, sejarah menunjukkan bahwa dinamika hubungan kedua negara ini kerap berubah drastis, dari musuh menjadi mitra, lalu kembali berseteru.
Yang jelas, perubahan sikap Trump ini menjadi momen penting untuk dicermati dunia. Dalam permainan geopolitik dan ekonomi global, tak ada yang benar-benar permanen, kecuali kepentingan nasional yang selalu jadi prioritas.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)