"Investasi paling penting yang bisa kamu lakukan adalah pada dirimu sendiri," kata Warren Buffett
Kebanyakan orang hanya fokus dengan investasi di luar seperti saham, properti, atau bisnis. Tapi Buffett sadar, justru pengembangan diri lah yang bisa memberi hasil paling tinggi. Dia sendiri punya kebiasaan baca yang luar biasa, ia bisa membaca sampai 500 halaman sehari. Itu bukti betapa seriusnya dia soal pengetahuan agar berkembang.
Mindset miliarder melihat pertumbuhan pribadi bukan sebagai pengeluaran, tapi investasi yang wajib dan tidak bisa ditawar.
"Jangan menabung dari sisa pengeluaran, tapi belanjakan sisa dari yang sudah ditabung," kata Warren Buffett
Rumus dasar membangun kekayaan sebenarnya simpel: penghasilan dikurangi pengeluaran sama dengan modal untuk investasi. Buffett mengatakan soal hidup hemat bukan soal menyiksa diri, tapi karena ini kenyataan matematis, kekayaan cuma bisa tumbuh dari selisih antara apa yang dihasilkan dan apa yang dihabiskan.
Bagi kelas menengah harus utamakan menabung sebelum mulai belanja hal-hal yang tidak wajib. Tetapkan batasan keuangan yang tegas, walaupun penghasilan naik. Dan cari kepuasan dari hidup yang efisien, bukan dari gaya hidup konsumtif.
Prinsip dan tips dari Warren Buffett menunjukkan bahwa menciptakan kekayaan dimulai bukan dari kondisi finansial, tapi dari pola pikir. Masyarakat Kelas menengah bisa mengadopsi perubahan pola pikir ini, terlepas dari status ekonomi saat ini. Prinsip-prinsip ini bukan tentang investasi spesifik, tapi bagaimana mendekati keputusan, menghargai waktu, dan berhubungan dengan uang.
Meskipun menerapkan satu atau dua tips bisa meningkatkan hasil keuangan, mengintegrasikan semua sepuluh tips ini akan menciptakan efek berlipat yang bisa mengubah arah keuangan. Mindset miliarder bukan hanya tentang menghasilkan uang, tapi tentang cara berpikir yang berbeda tentang uang. Seperti yang mungkin akan dikatakan oleh Buffett sendiri, kekayaan pada akhirnya mengalir kepada mereka yang percaya pada cara-cara yang tidak dipercaya orang lain.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)