Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Susahnya Cari Kerja: Lulusan Sarjana Kerja Jadi Sopir, Pembantu hingga OB

Muhammad Razid Alvian , Jurnalis-Kamis, 01 Mei 2025 |17:05 WIB
Susahnya Cari Kerja: Lulusan Sarjana Kerja Jadi Sopir, Pembantu hingga OB
Susahnya Cari Kerja: Lulusan Sarjana Kerja Jadi Sopir, Pembantu hingga OB (Foto: Shutterstock)
A
A
A

JAKARTA - Susahnya mencari kerja di Indonesia membuat lulusan sarjana putar otak agar tetap mendapat penghasilan. Tenaga kerja lulusan pendidikan tinggi seperti diploma dan sarjana terpaksa banting setir menjadi pembantu rumah tangga, pengasuh anak, sopir, bahkan office boy (pramukantor).

Hal ini dilakukan demi bertahan hidup di tengah minimnya lapangan pekerjaan di sektor formal dan badai pemutusan hubungan kerja dalam beberapa tahun terakhir. 

1. Sarjana Jadi Sopir

Fenomena ini dialami Heru Kurniawan, Sarjana Teknik Mesin lulusan 2023, yang sekarang jadi sopir mobil rental.

"Keluarga tidak masalah saya jadi sopir, tapi saya pribadi merasa sayang, karena perjuangan menempuh pendidikan sarjana susah, menghabiskan waktu dan biaya," tuturnya.

Hal senada diutarakan Ihlazul Amal, Sarjana Manajemen lulusan 2023, yang sudah hampir dua tahun bekerja sebagai pramukantor.

"Karena sudah kebutuhan dan sekarang ini cari pekerjaan sulit, jadi mau enggak mau ya harus disyukuri," ucap Amal di sela-sela jam istirahat kerja.

2. Sarjana Jadi Satpam


 
Reza Fahlevi bergegas mengganti baju yang dikenakannya dengan seragam berwarna krem dan bawahan coklat tua. Pemuda kelahiran 1995 ini lantas bergegas melakoni tugasnya sebagai satuan pengamanan alias satpam di sebuah kantor di Bandung Tengah, Jawa Barat.

Ia sudah menjalankan profesi ini sejak 2018, setelah disarankan oleh kawan ayahnya setelah melihat postur tubuhnya yang tinggi dan dianggap memenuhi syarat menjadi sekuriti.

Kala itu, pria berkepala plontos ini baru lulus SMA dan masih kerja sebagai buruh pabrik. Ia menerima ajakan itu dan dinyatakan lolos seleksi.

Tapi tujuh tahun kerja sebagai satpam, tak juga mengubur cita-citanya untuk menjadi tentara.

Demi mewujudkan impian itu Reza mendaftar ke sebuah universitas swasta di Bandung dan mengambil jurusan Ilmu Komputer. Sembari bekerja, dia sisihkan upahnya yang tidak seberapa untuk biaya kuliah.

 

Pada 2024, ketika menginjak usia 29 tahun, ia resmi bergelar Sarjana Komputer (S.Kom) dan langsung mendaftar masuk TNI.

Hanya saja, sulung dari dua bersaudara ini harus menerima kenyataan pahit: ia tak lolos gara-gara terganjal syarat umur.

Sebelumnya batas usia masuk perwira prajurit karir TNI untuk lulusan D4 dan S1 maksimal 30 tahun. Tapi pada 2024, persyaratannya diubah menjadi maksimal 28 tahun.

"Pas lulus kuliah, saya sudah siapkan berkas-berkasnya, karena masih menyangka batas umurnya 30 tahun."

"Ternyata November kemarin, ada pengumuman dari Panglima TNI untuk batas usia maksimal lulusan sarjana jadi 28 tahun. Sementara umur 30 tahun untuk lulusan S2," tutur Reza kepada BBC News Indonesia.

Kenyataan itu bikin dia kecewa, bahkan hampir depresi.

"Kecewa sama diri sendiri harusnya lulus 2023, tapi karena kuliah sambil kerja, enggak bisa mengatur waktu dengan baik, jadi agak telat lulusnya."

Tapi Reza tak mau berlama-lama terpuruk, dia mulai melamar pekerjaan sesuai latar pendidikannya.

Setiap hari, selepas menuntaskan pekerjaan sebagai satpam, dia mengirim lamaran untuk posisi software engineer ke setidaknya sepuluh perusahaan.

Namun belum ada yang membuahkan hasil, lagi-lagi karena kepentok batas usia.

"[Batas usia maksimal] lowongan kerja sekarang 25 tahun dan ada yang 27 tahun. Tapi kebanyakan 25 tahun maksimal."

Baginya, pencantuman syarat usia itu termasuk diskriminasi karena menghapus kesempatan kerja untuk orang-orang seusianya yang menginjak kepala tiga.

"[Mencari pekerjaan] bisa dibilang sangat-sangat sulit sekarang. Apalagi dengan umur yang sudah lewat 25 tahun. Terkesan ada diskriminasi," ujarnya.

"Masa orang yang usianya di bawah 25 tahun yang bisa dapat pekerjaan. Sedangkan kita yang sudah mau 30 tahun dengan fisik masih bagus, enggak boleh..."

"Kenapa beda sih perlakuannya?" tanya Reza geram.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement